Wednesday, June 14, 2017

Berpalinglah dari orang bodoh.


Ada teman menonton video dimana didalamnya ada ustadz yang konon ahli hadist di Pekanbaru menuduh dakwah Salaf sebagai Wahabi, dan dengan jelas oknum ustadz itu menyebutkan bahwa dakwah salafi Wahabi sebagai antek Yahudi dan Amerika, mendengar demikian tentu teman itu kaget dan marah, subhanallah!, Astaghfirullah!, Allahu Akbar!!!. Lalu dia bertanya kepada saya, "apakah para ustadz dikajian Sunnah tau akan hal ini?", Saya jawab, " mungkin mereka tau hal demikian", teman saya heran, " kalau tau kenapa tidak mengklarifikasi tuduhan tersebut kepada oknum ustadz itu?", Saya jawab," saya rasa enggak ya, mungkin para ustadz seperti Ustadz Maududi Abdullah atau Ustadz Abu Zubair Haawary ataupun banyak ustadz lainnya di Pekanbaru tidak akan melakukan hal demikian, saya yakin mereka anggap hal seperti itu sia2 belaka, mendingan mengerjakan hal lain yang berguna seperti mendakwahkan As Sunnah yang benar kepada masyarakat luas."
Jadi ingat kajian Ustadz Maududi Abdullah ketika ditanya salah seorang jamaah, " ustadz, kalau dakwah kita dicaci maki atau bahkan diperlakukan kasar, apa perlu kita membalasnya?". Ustadz menjawab, "gak perlu dibalas, cukup sampaikan, nasehati mereka dan doakan. Karena jika ada orang mencaci maki antum kemudian antum balas caci maki serupa atau lebih buruk, juga jika ada orang memperlakukan kasar kemudian antum membalasnya dengan perlakukan kasar yang sama atau lebih buruk, terus apa bedanya antum dengan orang itu?, Karena jika keburukan dibalas dengan keburukan artinya akhlak antum sama saja dengan orang itu, gak ada bedanya, benar ?."
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
Tafsir Ibnu Katsir:
‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan tentang firman-Nya, خُذِ ٱلۡعَفۡوَ “Jadilah engkau pemaaf,” Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam supaya memaafkan kaum musyrikin selama sepuluh tahun (ketika beliau di Makkah), kemudian (setelah hijrah ke Madinah) Allah memerintahkannya supaya bersikap keras terhadap mereka.
Sejumlah perowi menuturkan dari Mujahid mengenai firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf,” ia mengatakan, yakni terhadap akhlak dan perilaku manusia, tanpa mencari-cari kesalahannya.
Hisyam bin Urwah menuturkan dari ayahnya, Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam agar memaafkan berbagai perilaku manusia. Dalam suatu riwayat, ia mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf terhadap segala perilaku mereka kepadamu.” Dalam Shahih Bukhari dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, ‘Urwah, dari saudaranya, ‘Abdullah bin az-Zubair, ia mengatakan, “Allah menurunkan: “Jadilah engkau pemaaf,’ hanyalah berkenaan dengan akhlak manusia.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim sama-sama meriwayatkan: Yunus menuturkan kepada kami, Sufyan –yaitu Ibnu Uyainah­– menuturkan kepada kami, dari Umayya, ia mengatakan: Ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alayhi wa sallam ayat ini,
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Apa ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberi, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.” (Ath-Thabari (VI/ 154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638)
Referensi "Hidayah Sunnah", anacilacap.blogspot.co

No comments:

Post a Comment