Monday, May 6, 2019

KISAH DISKUSI PEMUDA ATHEIS DAN SEORANG USTADZ


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dapat cerita menarik tentang seorang pemuda pemahaman Atheis dengan seorang Ustadz lulusan Madinah.
Suatu hari seorang pemuda Atheis yang dikenal sangat cerdas, argumentasi yang dibawanya sangat sulit dipatahkan orang yang beragama, termasuk orang dari kalangan Muslim.
Suatu hari dia pergi ke seorang ustadz yang dikenal lulusan Timur Tengah, si pemuda sangat yakin kalau si Ustadz akan bertekuk lutut adanya karena pertanyaan yang diajukannya.
Si pemuda Atheis datang dan menceritakan keinginannya untuk diskusi dengan ustadz, dan si ustadz menyetujui permintaan si pemuda.
Pertanyaan pertama Pemuda Atheis dimulai, "Siapakah yang menciptakan Allah wahai Ustadz?".
Dan dengan santai si ustadz menjawab, " saya tidak tau", si pemuda agak kaget, lalu berkata, " Anda dikenal orang yang berilmu tentang agama, bahkan anda lulusan dari Timur Tengah tentu anda banyak mendapatkan ilmu dari para Syaikh, kenapa tidak dapat menjawab pertanyaan saya?".
Lalu si ustadz menjawab, "wahai pemuda bagaimana saya tau jawaban itu, sedang Allah Ta'ala adalah pencipta saya, saya hanya seorang hamba, hanya mendengar dan menyakini apa yang disampaikan oleh Tuan saya yakni Allah'Ta'ala, diluar itu saya tidak tau.
Sedang yang ada pada diri kita saja kita tidak mengetahui secara pasti apalagi sesuatu yang berkaitan dengan yang menciptakan kita?."
Di pemuda Atheis heran, " kenapa ustadz bilang yang ada pada diri kita, namun kita tidak mengetahuinya?".
Si Ustadz berkata, " Coba saya tanya, berapa jumlah rambut di kepalamu wahai pemuda?, Atau berapa jumlah rambut di alismu?, Apakah engkau tau?, Tentu sulit engkau mengetahuinya, sedang apa yang ada yang pada kita seperti rambut dan alis saja kita tidak tau sama sekali, apalagi yang menciptakan Nya, yakni Allah Ta'ala".
Akal yang kita miliki ini tidak cukup untuk memahami dan memikirkan semua keadaan ciptaanNya seperti yang saya contohkan sebelumnya, apalagi kepada Allah Ta'ala?, jelas lebih mustahil lagi, sesungguhnya yang dapat dipahami oleh akal kita sangatlah sedikit sekali dari Allah Ta'ala, makanya cukup apa yang disampaikan Allah dan RasulNya kita terima, kemudian ucapkan KAMI DENGAR DAN KAMI TAATI, waalahua'lam."
Waallahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur [an-Nahl/16:78]
Ibnu Katsîr rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla memberikan mereka telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan hati -yakni akal yang tempatnya di hati- untuk membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan… Dan Allâh Azza wa Jalla memberikan umat manusia kenikmatan-kenikmatan ini, agar dengannya mereka dapat beribadah kepada Rabb-nya.
Sumber Referensi " Kedudukan Akal dalam Beragama", karya Ustadz Musyaffa di musli.or

No comments:

Post a Comment