Sunday, May 26, 2019

KEKUASAAN JUGA ADA HISABNYA, KENAPA DALAM MERAIHNYA SAMPAI BERDARAH-DARAH?


Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman yang juga anggota kepolisian atau lebih tepatnya anggota brimob di Polda Riau mengabarkan bahwa dirinya sudah terbang dari Pekanbaru ke Jakarta untuk pengamanan Ibu Kota untuk beberapa hari, tidak kebayang biaya untuk operasional pengiriman personil ini yang mencapai ratusan anggota brimob, untuk beberapa hari saja mungkin mencapai milyaran rupiah mulai untuk carter pesawat, makan selama bertugas dan masih ditambah kebutuhan operasional lainnya, dan itu bukan satu polda saja namun ada beberapa polda yang ada di Indonesia, mungkin kalau ditotal jumlahnya ada puluhan miliar untuk membiayai pengamanan Ibu kota selama beberapa hari, subhanaAllah.
Ini belum seberapa sebenarnya dengan biaya yang berkaitan dengan peristiwa saat ini, jika melihat rangkaian moment Pemilu kita lebih terbelalak lagi melihat nilai uang yang digunakan untuk membiayai suksesi nasional ini, semisal dilansir beberapa media berita menyebutkan biaya pemilu 2019 mencapai 24,9 trilyun rupiah ada sebagian yang menyebutkan sampai 25 trilyun rupiah(detik.co), belum lagi biaya non material seperti jumlah petugas KPPS yang meninggal mencapai 527 orang(16/05/2019, dikutip kompas.co), subhanaAllah, ini menunjukkan betapa mahalnya ongkos untuk memilih pemimpin daerah, anggota legislatif sampai pemimpin nasional.
Belum lagi ada jutaan posting disosial media dan media pemberitaan yang saling hujat dan fitnah guna menjatuhkan lawan politiknya, berapa banyak dosa akibat kegiatan ini?, sangat banyak yaa karena pelakunya jumlahnya jutaan.
Demikian hebat dan maksimal usaha banyak orang terlibat dalam perebutan kekuasaan dan sebagian berusaha keras mempertahankan kekuasaan, segala cara mereka lakukan, dan tidak kenal mana cara yang hak dan mana cara yang bathil, semua dilakukan demi kekuasaan.
Padahal jika kita menimbang dari sisi agama kekuasaan adalah sesuatu yang sepatutnya dihindari mengingat hisabnya kelak, dapat saja terjadi seseorang di akhirat kelak sangat kerepotan menghadapi hisab kekuasaan yang diembannya menyangkut kehidupan banyak orang, dan sebaliknya ada orang yang punya kekuasaan sangat kecil seperti lelaki yang hanya sebagai kepala rumah tangga atau seorang wanita sebagai ibu rumah tangga maka hisabnya tentu hanya sebatas kewajibannya sebagai kepala tangga dan ibu rumah tangga saja.
Bayangin kalau seorang presiden Indonesia tentu hisabnya sangat banyak sekali, dia akan ditanya keadaan mulai Aceh sampai Merauke, mulai urusan guru honorer sampai mentrri, juga urusan masyarakat mulai tingkat desa sampai nasional, mulai urusan beras sampai kapal perang dan seterusnya, tentu sangat banyak pertanyaan kepadanya, dan tentu sangat lama kelak karena kekuasaannya sangat luas, mencakup banyak urusan dan nasib jutaan orang.
Jadi jika kekuasaan adalah ancaman bagi hisab seseorang kelak kenapa dalam meraihnya sampai berdarah-darah?, apakah ini hasil tipuan setan? dimana orang mengejar sedikit kepopuleran dan sedikit sanjungan, sementara tidak takut dalam menghadapi hisabnya kelak?, waallahua'lam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ كُلُكُمْ رَاع، وَكُلُكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya.”
(Hadits riwayat Al-Bukhâri dalam shahîhnya (893) dan Muslim (4828).)
Jangan sampai ada seorang rakyatnya yang terlantar apalagi mati kelaparan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafâur Râsyidîn sebagai pemimpin telah memberikan teladan yang baik dalam
menyejahterakan rakyat.
Sebagai contoh, Amîrul Mukminîn Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pada masa paceklik dan kelaparan, ia Radhiyallahu ‘anhu hanya makan roti dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”
Sumber referensi :
KHALIFAH UMAR RADHIYALLAHU ANHU MENGHADAPI KESULITAN RAKYAT
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al-Atsari
di almanhaj.or

No comments:

Post a Comment