Monday, September 24, 2018

PELAKU MAKSIAT LEBIH MUDAH DIDAKWAHI


Oleh Siswo Khusyudhanto
Ada cerita menarik dari seorang ustadz yang mengajar dikelas bacaan Al-Qur'an yang kami selenggarakan di salah satu Lembaga Pemasyarakatan, beliau berkisah, ada seorang residivis menjadi salah satu peserta kelas bacaan kami, profil nya kalau dibaca akan bikin banyak orang takut, dari kecil dia hidup dijalanan, sudah keluar masuk beberapa penjara di negri ini karena disebabkan hukuman perbuatan jahatnya, segala kejahatan pernah dilakukan mulai menjambret, mencuri, merampok bahkan beberapa kali sudah membunuh orang. Kata Ustadz mudah mengajak siresidivis untuk bertaubat, sejak banyak dinasehati oleh ustadz tentang keutamaan bertaubat dan berusaha Istiqomah diatas amal ibadah, si residivis perlahan tapi pasti tabiatnya berubah, semula jarang shalat sekarang sudah rajin shalat, dia selalu hadir di masjid lembaga pemasyarakatan ketika masuk shalat fardhu atau shalat Jum'at. Demikian juga dengan perilakunya, dulu dia sering berbuat onar dan suka berkelahi dengan napi lain sekarang udah enggak lagi. Kemudian si ustadz menceritakan juga kegagalan beliau dalam mendakwahi tetangga dekat rumahnya, sudah lama beliau mendakwahi tetangga agar meninggalkan perbuatan Bid'ah, namun selalu tertolak, tidak ada perubahan sedikitpun pada si tetangga, dia tetap Istiqomah diatas amalan2 Bid'ah nya. Pernah dulu si tetangga mengadakan tahlil kematian sampai berhutang ke rentenir menyebabkan dia terlilit hutang yang terus berbunga dari kehari ke hari, namun meskipun sudah dinasehati ustadz bahwa amalan ini tidak pernah diamalkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, para sahabat beliau bahkan imam mahzab sekalipun, padahal dijaman Nabi, para sahabat dan para imam mahzab banyak orang mati, namun nasehat itu selalu ditolak oleh si tetangga, bahkan terus Istiqomah diatas amalan tahlil kematian nya itu.
Benar kata Ustadz Zainal Abidin Syamsudin dalam sebuah kajian," kalau antum nasehati pelaku maksiat seperti misal judi pasti dia akan mendengarkan dan membenarkan nasehat kita, dan ingin bertaubat, tapi coba saja kita nasehati orang yang sedang mengamalkan tahlil kematian meskipun kita sampaikan dengan tutur kata yang sopan dan dalil sahhihah pasti kita minimal dilempar sandal, karena mereka merasa melalukan perbuatan yang baik kenapa dinasehati. Waalahua'lam.
Perkataan seorang tabi'in, generasi setelah Nabi dan para sahabat, bernama Imam Sufyan ats Tsauri:
قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).
Allah Ta'ala berfirman,
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا
“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (Qs. Fathir:8)
Referensi,"Mengapa Dosa Bid'ah lebih besar dari Maksiat?", Konsultasi Syariah.co

No comments:

Post a Comment