Thursday, August 9, 2018

KETAUHILAH BERAMAL IBADAH TIDAK MENUNGGU JADI NABI DAN RASUL DULU.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Pernah saya mengajak seorang teman yang kelihatan untuk shalat dimasjid terdekat karena sudah terdengar adzan, "ayuk shalat ke masjid", jawabannya bikin saya tercengang, "Silahkan shalat, saya belum dulu mas, hati saya masih kotor, nanti saja kalau hati saya bersih saya pasti akan shalat". 
Melihat hal demikian jadi ingat dulu saya ngefans sama seorang budayawan terkenal, buku karyanya banyak memenuhi rak dirumah saya, saking ngefansnya sampai semua karya beliau saya miliki.
Si budayawan ini pernah ditanya salah satu pengikutnya, "Cak kenapa sampeyan kok belum berangkat haji juga, padahal sampeyan punya kemampuan untuk pergi haji secara finansial?", lalu di budayawan menjawab, "Memang saya mampu secara finansial, namun hati saya belum siap menunaikan ibadah haji tersebut", dan bla..bla, karena masih jahil kami terkagum-kagum dengan jawaban itu, menurut kami saat itu jawaban demikian sangat bijak dan menunjukkan makomnya tinggi sekali, mungkin saking tingginya sampai logika kami sulit mencerna.
Akhirnya perkataan si idola itu menyebar dan menjadi syubhat disebagian kalangan pengikutnya, beberapa orang tidak mau berhaji padahal mampu, bahkan ada diantaranya yang meninggalkan shalat dengan alasan, "hatinya masih kotor". Subhanaallah, syubhat yang nyata.
Sejak ngaji Sunnah jadi paham jawaban-jawaban demikian adalah jelas keliru.
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah mengatakan, "Menunda beramal ibadah dengan alasan membersihkan hati dulu ini jelas keliru, karena dalam hati manusia biasa sebersih apapun selamanya pasti ada satu sisi dimana ada kekotoran hati didalamnya. Yang memiliki hati yang benar-benar bersih yang dikenal dalam Islam hanya para Nabi dan Rasul, karena itu mereka disebut sebagai ma'shum, bersih dari kesalahan dan dosa karena segala perkataan dan perbuatan mereka selalu diawasi serta dibimbing langsung oleh Allah Ta’ala. "
Allâh Azza wa Jalla berfirman.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. [Al-Ahzab/33: 36)]
Sumber referensi almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment