Monday, June 25, 2018

Tidak ada penghafal Al-Qur’an sekaligus pemusik, hal ini menunjukkan dengan nyata keharaman musik.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Jika kita berkunjung dari sekolah atau pondok pesantren yang ada dibanyak daerah, maka akan kita temui bahwa metode hafalan Al-Qur’an menerapkan beberapa peraturan yang ketat yang harus ditaati para santri jika ingin memperbanyak hafalan Al-Qur’annya, yakni diantaranya santri dilarang mendengarkan musik dan menjauhi bercampur dengan lawan jenisnya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Khalid Basalamah menyebutkan, "salah satu sebab rusaknya hafalan Al-Qur’an adalah musik dan bercampur dengan lawan jenis, maka dibanyak pusat pendidikan hafalan salah satu peraturan yang diterapkan adalah memjauhkan para anak didik dari musik dan bercampur dengan lawan jenisnya. Bahkan para ulama menyebutkan musik adalah panah-panah setan, yang menghancurkan hati seorang manusia ".
Mungkin benar yang dikatakan seorang ustadz,, banyak kita temui penghafal Al-Qur’an, dari berbagai profesi, mulai ada penghafal Al-Qur’an dari kalangan guru, penghafal Al-Qur’an dari kalangan camat atau bupati, ada juga penghafal Al-Qur’an dari kalangan polisi dan tentara, dan seterusnya, bahkan saya punya teman dari Batam, dia sudah hafal 15 juz, dan bertekad mencapai hafalan 30 juz tahun depan, dan dia profesinya sehari-hari adalah pekerja di bengkel perbaikan kapal di Kota Batam. Banyak penghafal Al-Qur’an dari berbagai profesi namun sejauh ini belum ada satupun penghafal Al-Qur’an dari profesi pemusik atau penyanyi, hal ini menunjukkan bahwa musik dan Al-Qur’an adalah dua hal yang berlawanan, Waalahua'lam.
Bahkan seperti Syaikh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menyebutkan dengan tegas bahwa Al-Qur’an dan musik mustahil berkumpul pada seseorang.
Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau mengatakan, “Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi."(Ighatsatul Lahfan, 1/248-249.)
sebuah riwayat dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ ، يَأْتِيهِمْ – يَعْنِى الْفَقِيرَ – لِحَاجَةٍ فَيَقُولُوا ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا . فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ ، وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq dengan lafazh jazm/ tegas.)
Sumber referensi "Saatnya meninggalkan Musik", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di Rumoysho.co.

No comments:

Post a Comment