Monday, June 4, 2018

JIKA SUDAH MERASA BENAR SULIT DINASEHATI


Oleh Siswo Kusyudhanto
Kalau ada seseorang berjalan dengan motornya disebuh persimpangan jalan dan orang itu terlihat akan menempuh jalan rusak parah yang penuh lobang dan membahayakan bagi dirinya tentu akan kita beritahu agar menempuh jalan lain yang jauh lebih aman bagi nya, "mas jangan lewat jalan itu, banyak lubang besar, berbahaya kalau masuk kedalamnya, lebih baik mas menempuh jalan lain yang lebih aman, dan tidak banyak lubang.", maka orang yang kita beritahu akan sangat berterima kasih kepada kita atas informasi tersebut, dan menganggap kita orang baik karena mencegahnya dari hal yang mencelakai dirinya.
Sebaliknya jika menasehati orang yang berbuat bid'ah, bahwa telah dijelaskan dalam hadist sahhih Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan kebid’ahan tempatnya dineraka. Ketika kita melihat seseorang menempuh jalan kebid’ahan dan kita karena merasa kuatir terjadi hal mencelakainya maka kitapun menasehati orang tersebut agar meninggalkan jalan kebid’ahan dan memutar halauan ke jalan Sunnah, namun apa yang terjadi?, justru maksud baik kita malah dibalas tudingan buruk, mulai tukang pemecah belah umat, wahabi, antek yahudi dan seterusnya, padahal harusnya dia berterima kasih sudah dinasehati agar terhindar api neraka, seharusnya dia berterima kasih telah dinasehati agar terhindar dari api neraka, subhanaallah.
Kenapa menasehati orang yang salah jalan jauh lebih mudah daripada menasehati orang yang berbuat kebid’ahan?.
Barang siapa yang menyangka kebangkitan dan kemuliaan Islam akan bisa diraih dengan meninggalkan al-Qur’an dan memecah belah kaum muslimin menjadi bergolong-golongan serta membiarkan mereka hanyut dalam kebid’ahan maka sungguh dia telah salah. Sebab Allah jalla wa ‘ala –yang ucapannya adalah ucapan yang paling jujur dan paling sesuai dengan realita- telah berfirman (yang artinya),
“Barang siapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain jalan orang-orang yang beriman maka Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’: 115).
Maka mengikuti jalan para sahabat –yang mereka itu adalah jajaran terdepan kaum mukminin pengikut Nabi- merupakan sebuah keniscayaan. Inilah jembatan emas yang akan mengantarkan kaum muslimin yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya untuk meraih surga di akhirat dan kejayaan di dunia.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya dan Allah sediakan untuk mereka surga-surga, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100)
Sumber referensi "Kemuliaan Hanya kembali ke Manhaj Salaf", karya Ari Wahyudi di muslim.or.id

No comments:

Post a Comment