Monday, June 17, 2019

Wahabi lebih berbahaya dari orang Kafir ???


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu ada seorang teman aktivis dakwah di sebuah daerah di Jawa Timur, ketika itu ada sebuah bencana gunung meletus, dan sebagian penduduk disekitar gunung itu diungsikan disebuah lokasi yang sudah disediakan pemerintah.
Kondisi ini ternyata menjadi kesempatan bagi para misionaris untuk memurtadkan Umat Muslim di lokasi pengungsian dengan dalih kegiatan bantuan dan semacamnya.
Mendengar ini teman saya segera bergegas mengumpulkan relawan Muslim didaerah itu, dan mulai mengumpulkan bantuan berupa sembako dan semacamnya.
Ketika sudah siap mereka berangkat ke lokasi, sebelum sampai di lokasi rombongan relawan itu mampir ke rumah seorang kyai dan menyampaikan perihal adanya pemurtadan dilokasi pengungsian, namun jawaban si kyai bikin kecewa para relawan, kata kyai itu, "soal agama urusan seseorang kepada Allah Ta'ala, gak usah diributkan, mau Islam yang silahkan, mau Kristen ya silahkan, soal kepercayaan seseorang dengan Tuhannya, bukan urusan kita".
Dengan rasa kecewa akhirnya rombongan relawan pergi kelokasi pengungsi, selain memberikan bantuan juga menghalau kaum murtadin.
Mendengarkan cerita teman itu sedih campur prihatin, lalu saya katakan, "antum salah bilang sama kyai, coba katakan kepada si kyai kalau di lokasi pengungsian ada kajian Wahabi, pasti dia langsung semangat untuk bergegas menuju lokasi." Teman saya yang mendengar hal itu tertawa, dan membenarkan perkataan saya, karena orang di daerah itu rata-rata sangat anti Wahabi, bahkan cepat bertindak jika mendengar kata "Wahabi".
Jadi kesimpulannya Wahabi paling berbahaya dari orang kafir???, Subhanallah.
Padahal sejelek-jeleknya Wahabi, orang yang disebut demikian masih bersyahadat, juga masih shalat lima waktu menyembah Allah Ta'ala, masih shalawat, masih puasa di Bulan Ramadhan, masih membayar zakat, masih membaca Al-Qur'an, masih umroh dan haji dan amal ibadah lainnya dalam Islam, karena memang masih orang Islam.
Sementara kalau sudah murtad jelas tidak pernah syahadat, tidak pernah shalat lima waktu, tidak pernah shalawat, tidak pernah baca Al-Qur'an, tidak membayar zakat, tidak puasa Ramadhan, dan amal ibadah lainnya dalam Islam karena sudah murtad.
Jadi teringat kajian seorang ustadz ketika membahas kemampuan setan membolak-balik cara pandang manusia, yang seharusnya sesuatu yang hak menjadi bathil, dan sebaliknya yang bathil jadi sesuatu yang hak, misal ada seorang wanita keluar rumah pakai rok mini dan nampak banyak lelaki yang bukan mahram baginya, namun tidak ada satupun orang protes atas tindakan wanita itu dalam mengumbar aurat, padahal menjadi dosa bagi si wanita juga pria lain yang melihatnya, sebaliknya ada wanita keluar rumah menggunakan hijab lebar dan bercadar, dan ini jelas cara yang sangat baik dari tinjauan syar'i, namun yang terjadi sepanjang jalan orang berbisik dan menunjuk " itu wanita aliran radikal", "aliran sesat", dan seterusnya.
Maka pentingnya menakar segala perkara dengan merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadits untuk menimbang apakah ini perkara yang hak atau yang bathil, dengan hanya demikian kita dijauhkan dari jalan-jalan kesesatan. Jika kita jauh dari Al-Qur'an dan hadits yakinlah kita akan mudah tersesat dan bisa jadi itu tidak pernah kita sadari,
Waalahua'lam.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).
Sumber Referensi "Kaidah Penting dalam memahami Al-Qur'an dan Hadits", karya Ustadz Muslim Al Asy'ari di Muslim.or

No comments:

Post a Comment