Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman cerita kalau sudah dua hari si istri sakit, sementara bmereka tidak punya pembantu, akhirnya dia sibuknya luar biasa, pagi hari biasanya si istri yang bangunkan anak-anak, sekarang dia yang bangunkan, biasanya pagi si istri yang siapkan sarapan dan sekarang dia yang sekarang yang siapkan sarapan, biasanya si istri yang antar anak-anak sekolah sekarang dia yang antarkan, biasanya si istri yang mencuci dan sekarang dia yang mencuci dan menjemur, biasanya yang menyapu dan mengepel lantai si istri dan sekarang dia yang menyapu dan mengepel dan seterusnya. Menurut dia dua hari istrinya sakit dan tidak dapat melakukan pekerjaan rumah dan kemudian dia gantikan peran istrinya, dua hari terasa berlalu berminggu minggu, dia rasakan sangat berat. Namun dari dua hari yang melelahkan itu dia jadi makin sayang kepada si istri, karena ternyata memerankan sebagai ibu rumah tangga tidaklah ringan.
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafig Reza Basalamah menyebutkan, " banyak orang menganggap seorang wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga lebih rendah kedudukannya dari wanita karier yang bekerja disebuah instansi. Padahal apa yang dilakukan wanita karier jauh lebih ringan jika dibandingkan seorang wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Jika wanita bekerja disebuah instansi maka dia hanya bekerja diwaktu jam kerja yang ditentukan, semisal 8 jam kerja maka hanya disaat itulah dia bekerja, diluar itu dia tidak bekerja pada instansi itu. Bandingkan dengan seorang wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, jam kerjanya 24 jam, kapan saja dibutuhkan selalu harus siap, dan berlangsung selama hidupnya, juga hampir semua pekerjaan dia kerjakan mulai menyediakan makana, membersihkan rumah, merawat jika anak atau suaminya sakit, mencuci dan seterusnya. Maka jangan anggap remeh peran wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga."
Dalam sebuah kajian Ustadz Syafig Reza Basalamah menyebutkan, " banyak orang menganggap seorang wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga lebih rendah kedudukannya dari wanita karier yang bekerja disebuah instansi. Padahal apa yang dilakukan wanita karier jauh lebih ringan jika dibandingkan seorang wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Jika wanita bekerja disebuah instansi maka dia hanya bekerja diwaktu jam kerja yang ditentukan, semisal 8 jam kerja maka hanya disaat itulah dia bekerja, diluar itu dia tidak bekerja pada instansi itu. Bandingkan dengan seorang wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, jam kerjanya 24 jam, kapan saja dibutuhkan selalu harus siap, dan berlangsung selama hidupnya, juga hampir semua pekerjaan dia kerjakan mulai menyediakan makana, membersihkan rumah, merawat jika anak atau suaminya sakit, mencuci dan seterusnya. Maka jangan anggap remeh peran wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga."
Mungkin benar, tampa sadar kita digiring kepada pemahaman liberal soal peranan wanita, kita cenderung lebih menghargai wanita karier daripada wanita yang hanya sebagai ibu rumah tangga, padahal dalam timbangan syariat wanita-wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga dan banyak berdiam didalam rumah-rumah mereka dianggap sebagai wanita mulia, waalahua'lam.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al-Ahzaab : 33]
No comments:
Post a Comment