Monday, July 23, 2018

KETIKA SALAH MEMAKNAI KEBAHAGIAAN MAKA SALAH JUGA DALAM MERAIHNYA


Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu ketika masih kuliah, kalau ketemu karyawan bank yang penampilannya selalu rapi, pakai kemeja dan celana modis, bekerja diruang ber AC saya kira itu keren, dan menganggap alangkah bahagianya bekerja seperti itu, dan berharap Allah Ta’ala menjadikan seperti itu. Namun ketika keinginan saya terwujud yakni bekerja disebuah bank, ternyata bukan seperti yang saya bayangkan, saya malah merasa banyak bersalah kepada banyak orang karena mereka saya ajak berbuat riba, dan menderita karena usaha saya itu, semoga Allah Ta’ala mengampuni saya, Aamiin.
Dalam sebuah kajian Ustadz Syamsurizal mengatakan, "kebahagiaan dalam makna universal, adalah keadaan dimana seseorang merasakan hatinya tenang, damai, tidak ada kegelisahan dalam hatinya. Namun ketika setiap orang ditanya hal apakah yang membuat dirinya bahagia, maka akan kita temukan berbagai jenis jawaban.
Ada seorang yang belum punya rumah dan hidup di kontrakan dalam waktu yang lama maka dia akan mengatakan yang membuatnya bahagia adalah memiliki rumah sendiri. Oleh karena itu dia bekerja keras, banting tulang semaksimal mungkin agar kemudian hasilnya dapat digunakan mendapatkan rumah pribadi.
Jika ada seorang karyawan dengan jabatan rendah disebuah karyawan dalam waktu yang lama mengatakan yang membuat dirinya bahagia adalah duduk dijabatan yang lebih tinggi, maka dengan usaha keras dan semaksimal mungkin dia akan berusaha meraih jabatan yang lebih tinggi dari sekarang.
Atau jika kita bertanya kepada lelaki yang masih bujangan tentang apa yang membuatnya bahagia maka dia akan menjawab bahwa yang membuatnya bahagia adalah ketika memiliki istri, oleh karenanya dia akan berusaha semaksimal mungkin mendapatkan wanita untuk dinikahi.
Dan seterusnya, setiap orang berusaha keras untuk meraih kebahagiaan yang diinginkannya.
Ketahuilah bahwa bahagia tidak ada hubungannya sama sekali dengan harta, jabatan dan lainnya, karena kebahagiaan adalah rahmat Allah Ta’ala kepada hambaNya, tidak mengenal jabatan atau harta yang dimilikinya.
Karena jika jabatan membuat seseorang bahagia pasti Firaun adalah orang yang bahagia karena dia sangat berkuasa dan ini diabadikan didalam Al-Qur'an, faktanya Firaun justru dilaknat oleh Allah Ta’ala.
Atau jika harta membuat seseorang bahagia pasti Qorun adalah orang yang paling bahagia, namun justru Qorun dilaknat oleh Allah Ta’ala, bahkan hartanya ditenggelamkan kedalam tanah.
Maka carilah kebahagiaan sesuai yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala, yakni dengan menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, dan berusaha selalu diatas ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menjauhi segala laranganNya, insyaallah kita akan bahagia, waalahua'lam. "
Allah berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّمَاشَآءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّ مَاشَآءَ رَبُّكَ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ
“Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 106-108)
Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
ٌّفَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Sumber referensi "Resep Hidup Bahagia", oleh Ustadz Aris Munandar di muslim. Or. Id

No comments:

Post a Comment