Monday, July 16, 2018

NASEHAT SYAIKH IBNU QOYYIM AL JAUZIYAH MENGENAI PENDIDIKAN ANAK, YANG BIKIN KAGUM.


Oleh Siswo Kusyudhanto
Sampai sekarang masih terkagum-kagum dengan nasehat Syaikh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengenai anak yang ini, maklum beliau hidup di tahun 691- 751 Hijriyah, jauh sebelum muncul playstation, wifi, Facebook, dan seterusnya. Namun nasehat beliau mengambarkan apa yang terjadi saat ini di tahun 1438 Hijriyah, dimana banyak orang tua beranggapan menyanyangi anaknya dengan memanjakan mereka, memberi apa saja yang anaknya minta, namun sejatinya para orang tua sedang menjerumuskan anaknya kepada kemaksiatan dan neraka, dan justru malah tidak mengajak anaknya kepada pemahaman agama yang benar, waalahua'lam. Nasehat bagi orang tua agar dapat memilah mana yang baik dan buruk bagi anak.
Mengenai cara mendidik anak, Ibnu Qayyim memberikan nasihat bagi para orangtua:
“Betapa banyak orang yang mencelakakan anaknya—belahan hatinya—di dunia dan di akhirat karena tidak memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka. Orang tua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia beranggapan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian. Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, akan engkau dapati bahwa keumumannya bersumber dari orang tua.” (Tuhfatul Maudud hal. 351).
Beliau juga mengatakan,
“Mayoritas anak menjadi rusak dengan sebab yang bersumber dari orang tua, dan tidak adanya perhatian mereka terhadap si anak, tidak adanya pendidikan tentang berbagai kewajiban agama dan sunnah-sunnahnya. Orang tua telah menyia-nyiakan anak selagi mereka masih kecil, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya sendiri dan orang tuanya ketika sudah lanjut usia. Ketika sebagian orang tua mencela anak karena kedurhakaannya, si anak menjawab, ‘Wahai ayah, engkau dahulu telah durhaka kepadaku saat aku kecil, maka aku sekarang mendurhakaimu ketika engkau telah lanjut usia. Engkau dahulu telah menyia-nyiakanku sebagai anak, maka sekarang aku pun menyia-nyiakanmu ketika engkau telah berusia lanjut’.” (Tuhfatul Maudud hal. 337).
Sumber referensi forum salafy, co

No comments:

Post a Comment