Saturday, July 7, 2018

Hadiahkan buku ini bagi orang yang sulit DINASEHATI.



Oleh Siswo Kusyudhanto
Diceritakan oleh seseorang bapak kepada saya, dia punya famili yang suka berjudi, akibat kegiatan judinya itu banyak hartanya tergadaikan,, dan kewajiban anak dan istri tidak ditunaikan, kalah oleh syahwat judinya, sudah banyak orang menasehati dia agar menghentikan kemaksiatannya itu.
Suatu hari bapak ini membawakan buku"Malam Pertama di Alam Kubur", karya beberapa syaikh, memuat peristiwa-peristiwa alam kubur yang dialami seseorang yang telah mati, menakjubkan sekaligus menakutkan bagi siapa saja yang membacanya, dia berikan buku itu kepada famili yang suka berjudi itu, kemudian dia mengatakan, "silahkan baca buku ini dan renungkan, kalau setelah membacanya masih juga engkau suka berjudi mungkin engkau memang orang yang tidak dapat dinasehati."
Si penjudi ketika menerima buku itu hanya tersenyum, menyepelekan buku itu, namun karena diberikan oleh saudaranya ada rasa segan jika dibuang, maka dia bawa buku itu kerumah, dia berencana measukkan ke dalam lemari saja, dan menyimpannya.
Namun karena penasaran akan isinya, akhirnya dia mulai membaca, dan hari ke hari makin serius membaca dan memahami isi buku itu.
Selang satu bulan dia mulai berubah, dia meninggalkan perbuatan judinya, bulan kedua dia mulai rajin datang ke masjid didekat rumahnya untuk ikut orang sekitarnya shalat berjamaah. Dan bulan ketiga dia mulai suka datang ke kajian-kajian ilmu agama. Melihat perubahan ini tentu membuat bahagia keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Bapak yang menceritakan ini menyampaikan kepada saya bahwa sudah ada tiga orang yang taubat dari maksiat setelah membaca buku ini, dan dia punya kebiasaan menghadiahkan buku ini kepada orang-orang yang sulit dinasehati, dan tak lupa dia selalu mendoakan agar Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada penerima buku tersebut.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary, beliau mengatakan, "salah satu usaha seseorang agar istiqomah diatas amal ibadah adalah dengan selalu mengingat akan kematian, karena dengan selalu ingat datangnya kematian membuatnya mempersiapkan diri sebaik mungkin ketika kematian itu datang, yakni berusaha beramal ibadah sebaik mungkin, dan berusaha menjauhi segala perbuatan dosa sekecil apapun, dengan selalu mengingat kematian seseorang menyadari bekal pahala amal ibadahnya masih sedikit dan dosa akibat perbuatan maksiatnya masih banyak. "
Orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan iman yang shahih (benar), tauhid yang khalish (murni), amal yang shalih (sesuai dengan tuntunan), dengan landasan niat yang ikhlas, itulah orang-orang yang paling berakal.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada Beliau, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia bertanya: “Wahai, Rasulullah. Manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?” Beliau menjawab,”Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” Dia bertanya lagi: “Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdik?” Beliau menjawab,”Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling bagus persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdik.” [HR Ibnu Majah, no. 4.259. Hadits hasan. Lihat Ash Shahihah, no. 1.384].
Sumber referensi "Mengingat Maut", karya Ustadz Abu Muslim Al Atsari di almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment