Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa wakru yang lalu diberi kabar salah satu Ustadz pengajar di kelas bacaan Al-Quran yang kami adakan disalah satu Lembaga Pemasyarakatan, tentang adanya jamaah yang baru masuk Islam, atau muallaf, kata beliau mudah saja menjelaskan kepada dia tentang konsekuensi syahadat, juga tentang Tauhid dan Syirik, demikian juga dengan Sunnah dan Bid'ah. Kata beliau jika materi yang sama disampaikan kepada sesama orang Islam mungkin akan ada penolakan, dan yang jelas jauh lebih sulit serta perlu proses panjang dalam menjelaskannya hingga paham.
Jadi teringat apa yang disampaikan oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah dalam salah satu kajian beliau, beliau mengatakan, "MengIslamkan orang Islam jauh lebih sulit daripada mengIslamkan orang kafir, tau penyebabnya?, karena orang Islam kebanyakan dijaman ini tidak mengetahui bagaimana ajaran Islam yang benar seperti yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yang diketahui orang Islam kebanyakan adalah Islam yang telah sampai kepada mereka dijaman ini yang sudah bercampur dengan paham-paham lain diluar Islam. "
Sangat benar perkataan beliau, coba saja kita nasehati seseorang agar meninggalkan tahlil kematian, pasti kita dilempar sandal, dikatai wahabi atau yang terjadi kemudian lebih buruk lagi, karena orang yang mengamalkan tahlil kematian menyakini amalannya diatas kebenaran, padahal hal demikian tidak pernah diamalkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, para sahabatnya bahkan para imam mahzab sekalipun.
Atau ketika nampak ada wanita dikepala pakai hijab tapi kebawah pakai pakaian seksi, atau pakai celana jeans yang ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya, lalu kita nasehati, "mbak kalau berhijab yang benar yaa", langsung saja pasti kita dituduh macam-macam, entah sok usil atau sok suci. Itu mungkin terjadi karena dilingkungan sejak kecil yang namanya hijab adalah yang penting nutup kepala, padahal hijab sudah jelas syariatnya sejak jaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan sudah dirumuskan banyak ulama dan bukan seperti itu amalannya.
Atau ketika seseorang memakai jimat dan semacamnya kemudian kita tegur, "mas jangan pakai jimat itu masuk amalan syirik mas, bahaya", pasti kita dituduh macam-macam, dan membela amalannya itu sebagai hanya wasilah(perantara), padahal dalam beberapa hadist Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan yang demikian masuk amalan kesyirikan.
Dan banyak mungkin terjadi hal demikian, banyak terjadi penolakan ketika kita ingin meluruskan kebengkokan dalam agama yang dilakukan seseorang, karena sudah lama mereka memahami yang benar adalah demikian.
Waalahua'lam.
Semoga Allah Ta'ala selalu melindungi kemurnian agama ini, sehingga kita tau mana Islam yang sebenarnya seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Atau ketika nampak ada wanita dikepala pakai hijab tapi kebawah pakai pakaian seksi, atau pakai celana jeans yang ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya, lalu kita nasehati, "mbak kalau berhijab yang benar yaa", langsung saja pasti kita dituduh macam-macam, entah sok usil atau sok suci. Itu mungkin terjadi karena dilingkungan sejak kecil yang namanya hijab adalah yang penting nutup kepala, padahal hijab sudah jelas syariatnya sejak jaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan sudah dirumuskan banyak ulama dan bukan seperti itu amalannya.
Atau ketika seseorang memakai jimat dan semacamnya kemudian kita tegur, "mas jangan pakai jimat itu masuk amalan syirik mas, bahaya", pasti kita dituduh macam-macam, dan membela amalannya itu sebagai hanya wasilah(perantara), padahal dalam beberapa hadist Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan yang demikian masuk amalan kesyirikan.
Dan banyak mungkin terjadi hal demikian, banyak terjadi penolakan ketika kita ingin meluruskan kebengkokan dalam agama yang dilakukan seseorang, karena sudah lama mereka memahami yang benar adalah demikian.
Waalahua'lam.
Semoga Allah Ta'ala selalu melindungi kemurnian agama ini, sehingga kita tau mana Islam yang sebenarnya seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,
خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’ kemudian beliau membaca,
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}
‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)
Sumber referensi "Jalan Kebenaran hanya satu", karya Ustadz Sa'id Abu Ukasyah di muslim. Or. Id