Model kajian bagi akhwat.
Ini contoh model kajian bagi akhwat
di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru, yakni ustadz berbicara dengan para
jamaah akhwat dibatasi hijab(sekat kain), sehingga ustadz pria yang
menyampaikan tidak terganggu pandangan para akhwat, dan tidak menjadi
fitnah syahwat bagi ustadz pria.
Kalau dibandinging kajian lain
sungguh kontras, apalagi dengan acara dakwah di televisi dimana ustadz
pria, ustadzah, pembawa acara pria dan wanita dan para penonton
berlainan lawan jenis bercampur aduk, bahkan didalamnya juga banyak
diisi nyanyian dan candaan, SubhanAllah. Jadi ingat perkataan Ustadz
Abdul Qodir Jawas, "yang mereka lakukan sebenarnya bukan dakwah, tapi
penistaan pada agama ini, karena agama ini adalah perkara serius
harusnya disampaikan dengan tata cara sesuai syariat dan tidak diselingi
kemaksiat seperti nyanyian dan candaan berlebihan".
Syaikh Abdullah Al Faqih menjawab soal kajian bagi para akhwat sebagai berikut ;
Boleh hukumnya bagi siswa wanita untuk menghadiri pelajaran yang diisi
oleh laki-laki apabila aman dari fitnah dan terjaga batas-batas syariat
yaitu tetap mengenakan hijab, menjauhi khalwat (berdua-duaan), dan
menundukkan suara. Dari Abu Sa’id Al Khudri, para wanita berkata, “Wahai
Rasulullah! Para lelaki telah mengalahkan kami (dalam hal ilmu), maka
jadikanlah untuk kami satu hari buatmu (mengajar)”. Maka beliau
menjanjikan satu hari untuk mereka para wanita berkumpul, memberi mereka
nasihat, dan memerintahkan mereka (pada ketaatan) (HR Bukhari)
Ibnu Batthal berkata, “Dalam hadits ini yaitu permintaan para wanita
akan perkara agama mereka, (menunjukkan) bolehnya mereka para wanita
berbicara dengan laki-laki dalam masalah ini (yaitu pengajaran agama),
apabila memang ada kebutuhan dalam hal tersebut” (Syarh Shahih Al
Bukhari karya Ibn Batthal)
Akan tetapi yang lebih utama di atas
semuanya itu adalah mengajar dari balik hijab dalam rangka menutup pintu
fitnah dan itu lebih menyucikan hati. Lihat fatwa no 54191.
No comments:
Post a Comment