Seorang anak bermain main dengan piring dari gelas kaca, melihat hal itu ibunya mengingatkan, "nak jangan bermain-main dengam itu", namun si anak terus memainkannya, si ibu mengingatkan kembali, namun anaknya tetap bandel, dia terus memainkan piring itu, dan sesaat kemudian piring itu jatuh dan pecah," prank!!", berserak dilantai menjadi pecahan kecil-kecil, melihat hal itu ibunya terkejut dan marah besar, "ibu sudah peringatkan sejak tadi tapi engkau membandel juga!, kalau engkau tak menuruti dan aturan dirumah ini keluar saja dari rumah ini", lalu si ibu menarik tangan anaknya dan mendorongnya keluar rumah kemudian mengunci pintu rapat2. Melihat hal demikian tentu anak menangis, mengira ibunya membenci dirinya yang telah melanggar peringatan ibunya. Ketika anaknya diluar si ibu kembali ke dalam rumah, membersihkan pecahan2 piring, menyapu dan mengepelnya, memastikan tidak ada pecahan kaca tertinggal, dia takut pecahan kaca yang tertinggal melukai anaknya, hal itu terjadi karena rasa sayang pada anaknya.
Ketika pecahan kaca sudah benar2 bersih si ibu memanggil anaknya yang sedang menangis diluar rumah, kemudian memeluknya dan menciumnya, kemudian berbisik" jangan ulangi lagi ya nak", dan si anak berjanji dalam hati tidak mengulangi hal yang sama.
Demikian sikap kita yang benar kepada pelaku ahlul bid'ah seharusnya, kita benci kepada pelaku bid'ah harus didasari rasa sayang, seperti kemarahan ibu kepada anaknya, kemarahan yang dilandasi ingin menyelamatkannya.
Dikutip dr Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah.
No comments:
Post a Comment