Berdirinya
STDI Imam Syafii Jember berawal dari satu obrolan ringan beberapa
mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh study di Islamic University Of
Madinah Saudi Arabia. Di suatu sore tahun 2005, beberapa orang mahasiswa
Indonesia duduk duduk santai di Masjid Nabawi. Obrolan ringan mereka
dari satu tema ke tema lain, hingga akhirnya sampai pada rencana mereka
pasca menyelesaikan pendidikannya di Islamic University.
Berbagai
rencana dan ide terlontar, ada yang berencana melakukan pengabdian di
lembaga pendidikan mereka semula. Ada pula yang mengutarakan rencana
pendirian pesantren di daerah asalnya. Dan ada pula yang mengutarakan
satu ide yang lebih ambisius, yaitu mendirikan kampus yang berbasis
bahasa Arab.
Dari
obrolan ringan di Masjid Nabawi, berlanjut kepada musyawarah yang lebih
serius di asrama salah satu Mahasiswa Pasca Sarjana. Pembicaraan
semakin mengerucut pada satu ide yaitu pendirian satu lembaga pendidikan
tingkat tinggi yang berbasis bahasa Arab, dengan kurikulum yang mengacu
pada kurikulum yang diterapkan di Islamic University dengan tetap
mengikuti regulasi dan kurikulum wajib dari DEPAG.
Paling
kurang ada beberapa alasan yang menyebabkan seluruh mahasiswa yang
terlibat dalam diskusi ini tertarik untuk menindak lanjuti Ide ini:
1.
Bahasa Arab adalah bahasa pengantar utama untuk mempelajari ilmu ilmu
islam, karena itu penguasaan bahasa Arab menjadi satu unsur utama untuk
dapat memahami, menguasai dan kemudian mengembangkan ilmu ilmu Islam.
2. Belum adanya kampus yang mengajarkan ilmu ilmu Islam dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya.
3. Banyaknya Pesantran setingkat SMA yang mengajarkan secara aktif bahasa Arab.
4. Lemahnya penguasaan Bahasa Arab pada mahasiswa mahasiswa muslim di seluruh perguruan tinggi Islam di Indonesia.
5. Meningkatnya minat masyarakat untuk mempelajari bahasa Arab.
6.
Lemahnya kemampuan ulama’ ulama’ kita dalam berbahasa Arab, satu hal
yang cukup berpengaruh pada tingkat kontribusi mereka dalam berbagai
even dan organisasi Islam Internasional, semisal OKI, Muslim World
League, Islamic Fiqih Council, Fiqh Academy dan lainnya.
7.
Lembaga pendidikan Islam tingkat tinggi yang menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantarnya, membuka peluang lebar untuk di kemudian
hari menjadi lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.
Memahami
berbagai alasan di atas, mahasiswa mahasiswa yang terlibat dalam
diskusi tersebut akhirnya membulatkan tekad untuk benar benar
merealisasikan ide ini.
Sejak
itu, dibentuklah panitia pendirian yang terdiri dari beberapa mahasiswa
senior, yang kemudian secara intensif mengadakan pertemuan demi
pertemuan untuk mematangkan rencana pendirian lembaga pendidikan tingkat
tinggi yang diinginkan. Pembahasan tentang regulasi, pendanaan, SDM,
lokasi pendirian dan berbagai pihak yang dapat mendukung realisasi
rencana ini.
Secara global, berdirinya STDI Imam Syafii melalui tiga fase:
1. Fase perencanaan
2. Fase pencarian lokasi.
3. Fase realisasi
Pada awalnya, STDI Imam Syafii direncanakan untuk didirikan di kota Yogyakarta, dengan berbagai pertimbangan:
A. Yogyakarta sebagai kota pelajar dengan jumlah kampus yang sangat banyak mencapai 131 kampus.
B. Kemudahan akses.
C. Biaya hidup yang relatif murah.
D. Kelengkapan berbagai fasilitas umum, dan infrastruktur daerah.
E. Letak geografis kota Yogyakarta yang sangat strategis.
Panitia
yang terdiri dari beberapa mahasiswa senior Islamic University
mengadakan kegiatan Daurah Traning selama dua pekan. Pada saatyang sama
panitia mengadakan lobi lobi dan pencarian lokasi yang cocok.
Namun
demikian, setelah melalui berbagai upaya, rencana tersebut terpaksa
harus dirubah, mengingat keterbatasan faktor finansial, dan dukungan
masyarakat yang kurang memadai.
Hingga
pada suatu sore, panitia pendirian yang dibentuk, berjumpa dengan
seorang tamu / donatur dari Jakarta yang sedang menunaikan ibadah Umrah
dan berkunjung ke kota Madinah. Tamu tersebut adalah seorang warga
negara indonesia keturunan arab Yaman, yaitu Bapak Ahmad bin Ali Jawwaz.
Setelah
mendengar paparan panitia tentang rencana pendidiran sekolah tinggi
dengan konsep yang dicanangkan, maka beliau menyambut dengan gembira.
Karena senang dengan konsep yang dirumuskan, maka malam itu juga beliau
menawarkan agar sekolah tinggi yang direncanakan segera dilaksanakan,
dengan menempati bangunan sekolah milik beliau yang berlokasi di kota
Jember Jawa Timur.
Pada
awalnya sebagian panitia merasa gamang untuk menerima tawaran ini,
namun setelah melalui tarik ulur, maka akhirnya disepakati untuk
menerima tawaran beliau tersebut.
Persetujuan
ini yang berkonsekwensi pada perubahan rencana, disepakati bukan tanpa
alasan. Ada beberapa alasan sangat mendasar yang medorong panitia
menerima tawaran tersebut:
1. Tawaran ini memotong tahapan pendirian sekolah tinggi, sehingga menjadi lebih cepat terealisasi.
2.
Kepercayaan panitia yang sangat kuat bahwa konsep yang dicanangkan
memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Dengan demikian, masalah lokasi
bukanlah masalah yang berarti. Ibaratkan emas berlian, walaupun berada
di tengah hutan pastilah banyak orang yang berminat mencari dan
mendatanginya.
3. Harga tanah di kota Jember yang masih relatif murah, sehingga pengembangan sekolah tinggi menjadi lebih mudah.
4.
Panitia telah mencanangkan bahwa basis utama calon mahasiswa sekolah
tinggi yang direncanakan ialah pesantren dan sekolah sekolah islam.
Sehingga dari sisi ini kota jember lebih sesuai dengan mereka
dibandingkan kota Yogyakarta yang telah menjadi kota metropolis.
Pada
tahun 2007 berdirilah ma’had ‘aly Imam Syafii, sebagai cikal bakal STDI
Imam Syafii. Dan sejak saat itu pula, tahapan tahapan perizinan
pendirian Sekolah Tinggi dimulai, selangkah demi selangkah. Hingga pada
akhirnya, pada tahun 2010, Departemen Agama, melalui Dirjen Pendidikan
Tinggi Agama Islam, menerbitkan izin oprasional bernomorkan :
Dj.I/375/2010. Dan sejak saat itu pula, secara resmi ma’had ‘ali Imam
Syafii , berganti nama menjadi : SEKOLAH TINGGI DIRASAT ISLAMIYAH IMAM
SYAFII atau disingkat menjadi STDI Imam Syafii.
Dirjen Pendidikan Tinggi Agama Islam memberikan izin bagi STDI Imam Syafii untuk dua program study, yaitu:
1. Progaram Study Ahwal As Syakhsiyah (AHS)
2. Progaram Study Ilmu Hadits.
Untuk
mensiasati kendala yang muncul akibat komitmen penggunaan bahasa Arab
sebagai bahasa pengantar, maka disamping kedua prodi di atas, STDI Imam
Syafii juga mendirikan program persiapan bahasa yangdisebut dengan “Al
I’idad Al lugghawy”. Yaitu program matrikulasi bahasa Arab, bagi calon
mahasiswa baru yang belum lancar atau bahkan belum mampu berbahasa Arab
secara aktif. Peserta didik di program Al I’idad Al lugghawy, ini
mendapatkan pendidikan bahasa Arab secara intensif selama 1 atau 2
tahun. Dengan demikian, setelah mengikuti program ini, mereka dapat
mengikuti ujian seleksi masuk Kuliah di STDI Imam Syafii.
Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
VISI
Menjadi perguruan tinggi terkemuka dalam melahirkan intelektual muslim Ahlussunnah yang profesional.
MISI
Menjadi perguruan tinggi terkemuka dalam melahirkan intelektual muslim Ahlussunnah yang profesional.
MISI
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul dalam bidang studi islam dengan menitikberatkan pada metode berfikir secara kritis dan ilmiah sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah serta pemahaman sahabat.
- Melakukan penelitian dan pengkajian tentang keilmuan islam yang tengah berkembang di masyarakat dalam skala regional, nasional, dan internasional.
- Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan hasil pendidikan, pengajaran, dan penelitian terhadap nilai-nilai islam.
- Menyediakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dapat mendukung proses pendidikan secara maksimal.
- Menyediakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang dapat menunjang proses pendidikan secara maksimal.
- Menyediakan bahan bacaan yang representatif dan berbagai sarana prasarana lain yang dapat menunjang proses penelitian dan pengkajian tentang ilmi-ilmu islam.
- Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat menunjang terselenggaranya proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada mayarakat secara maksimal.
No comments:
Post a Comment