Oleh Siswo Kusyudhanto
Dikisahkan salah satu teman di kajian, dia pernah mengalami peristiwa dimana dia telah berprasangka buruk kepada seseorang dan dia sangat menyesal hingga saat ini.
Suatu hari dia sarapan di sebuah kedai kue yang menjual sarapan dan jenis kue pasar, keadaan pagi itu warung kue tersebut cukup ramai, ada orang tua yang membeli bekal untuk anak yang masih kecil, ada pekerja toko membeli sarapan untuk dirinya dan teman2nya, ada pegawai bangunan yang membeli makanan dan kue untuk bekal kerjanya dan seterusnya.
Teman ini duduk didekat penjual kue sambil memakan beberapa kue sebagai sarapan pagi itu, tak berapa lama ada sebuah mobil parkir didepan warung, nampak seorang pria setengah baya turun dari mobil, sementara ada seorang wanita yang umurnya tak terpaut jauh membuka kaca mobil, kemudian dari atas mobil wanita itu berkata keras-keras menunjuk kue-kue yang ada di etalase warung sementara pria mengambilkan kue yang diinginkan wanita itu.
Melihat pemandangan demikian si teman berkata kepada penjual kue, " lihat sombong sekali wanita itu, kelihatan sekali sok kayanya, harusnya dia bertingkah laku yang sopan dengan turun dari mobil dan memilih kue yang dia inginkan, kalau berteriak-teriak seperti itu kelihatan tidak beradab."
Rupanya perkataan teman itu didengar oleh si pria yang mengambil kue untuk wanita yang diatas mobil, lalu pria itu mendekati teman saya. lalu berkata. " Mas ketahuilah wanita itu adalah istri saya, dan dia tidak turun dari mobil disebabkan karena dia menderita penyakit tulang yang langka pada kakinya, dan ada beberapa dokter yang kami minta pendapatnya mereka menganalisa mungkin umur istri saya tidak akan lama, oleh karenanya apapun yang dimintanya saya berusaha menurutinya, termasuk membeli kue-kue ini".
Mendengar penjelasan pria itu teman saya terkejut bukan kepalang dan sangat menyesal, bahkan setelah si pria dan wanita itu pergi dari warung kue itu dia terus mencaci maki dirinya karena mengatakan hal buruk kepada si wanita yang lumpuh kakinya itu.
Bahkan peristiwa tersebut terbawa sampai saat ini, setiap selesai shalat dia terus berdoa untuk meminta ampunan Allah Ta'ala atas ucapannya itu.
Allah Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]
Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.
Referensi almanhaj.or,id
No comments:
Post a Comment