Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada seorang teman di kajian Sunnah, seorang pria yang sudah berkeluarga , hidupnya sederhana, kerjanya tidak tentu, kadang menjual ayam potong atau pekerjaan berdagang dipasar, kehidupannya seperti orang kebanyakan namun dibalik itu dia punya kebiasaan yang menurut saya hebat, dan jarang dilakukan orang dijaman dimana orang menyembah kepopuleran dan harta.
Teman ini punya kebiasaan dalam selang beberapa hari sekali menyisihkan sebagian uang dari hasil dia bekerja untuk diberikan makanan dan lalu dia berikan kepada orang-orang yang hidup dijalanan, seperti pemulung dan juga orang kehilangan akal yang tidur diemperan jalan, dan dia selalu menaruh ditempat dimana orang jalanan itu tidur tampa diketahui yang diberi, biasanya dia menunggu saat suasana sepi. Pernah suatu ketika saya masuks ebuah gang yang sepi saat itu memergoki dia menaruh sebuah makanan diatas tumpukan karton sebuah emperan toko, dimana disitu tinggal seorang wanita yang agak kurang waras, sementara si wanita kurang waras itu tidak ada ditempat, masyaAllah, bahkan dia ketika memberi makanan itu tidak berharap terima kasih dari yang diberi.
Jadi ingat kajian para ustadz ketika membahas ikhlas, sebuah perkara paling berat dalam agama ini, ikhlas dapat digambarkan dalam sebuah kisah hadist dimana seorang pelacur, berbangsa yahudi lagi, seseorang yang sangat rendah dalam timbangan agama Islam namun dia masuk surga, gara-gara hal sepele, yakni memberi minum seekor anjing yang kehausan, menurut para ulama inilah keikhlasa paling tinggi, ketika seseorang melakukan sesuatu dan tidak berharap apapun dari tindakannya, bahkan tidak berharap ucapan terima kasih dari seekor anjing, waallahua'lam.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus [al-Bayyinah/98:5]
Dan firman Allâh Azza wa Jalla :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Rabb kamu itu adalah Rabb Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya.” [al-Kahfi/18:110]
Sumber referensi"IKHLAS DAN KEUTAMAANNYA
Oleh
Ustadz Abu Ismail Muslim Al-Atsari
di almanhaj.or
No comments:
Post a Comment