Oleh Siswo Kusyudhanto
Melihat link di sebuah posting yang menyebutkan bahwa salah satu ustadz pemateri kajian Sunnah bergabung dengan orang-orang yang selama ini dikenal mengamalkan amalan2 bid'ah, juga di posting lain juga ada teman menshare adanya peringatan maulid nabi besar-besaran di Masjid Nabawi, dan banyak berita serupa yang jika kita telusuri kebenarannya merupakan berita bohong semata, berita yang sengaja dibuat untuk menciptakan kegaduhan dan fitnah terhadap seseorang dan kelompok tertentu.
Hal ini terjadi karena mudahnya seseorang mendapatkan informasi dan juga menyebarkannya, semua ada digenggaman tangan, melalui hp dan gadget lainnya didukung jaringan internet saat ini yang luas dan derasnya informasi yang masuk, sayangnya dijaman ini sangat sedikit orang mampu memilah dan mau mengecek kebenaran berita yang diterimanya.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA mengatakan, "banyak diantara kita ketika menerima berita atau informasi punya kebiasaan untuk mensharenya, bahkan seperti berlomba-lomba siapa duluan yang menshare berita itu dan bangga karenanya, padahal belum tentu yang kita sebarkan itu merupakan berita yang benar, dapat saja berita itu adalah berita bohong atau hoax.
Syariat dalam agama menyikapi hal ini sudah ada, sudah wahyukan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, yakni ketika kita menerima berita yang pertama kita lakukan adalah menganalisa, mengecek kebenarannya, cross chek dari beberapa sumber berita dari arah yang berlainan, dan pertimbangkan mashlahat dan mudharat jika di share ke khalayak luas, jangan sampai ada mudharat yang menimpa seseorang, sebuah kelompok tertentu akibat berita yang kita share, dan pada akhirnya kita menyesali perbuatan itu dikemudian hari, waallahua'lam. "
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA mengatakan, "banyak diantara kita ketika menerima berita atau informasi punya kebiasaan untuk mensharenya, bahkan seperti berlomba-lomba siapa duluan yang menshare berita itu dan bangga karenanya, padahal belum tentu yang kita sebarkan itu merupakan berita yang benar, dapat saja berita itu adalah berita bohong atau hoax.
Syariat dalam agama menyikapi hal ini sudah ada, sudah wahyukan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, yakni ketika kita menerima berita yang pertama kita lakukan adalah menganalisa, mengecek kebenarannya, cross chek dari beberapa sumber berita dari arah yang berlainan, dan pertimbangkan mashlahat dan mudharat jika di share ke khalayak luas, jangan sampai ada mudharat yang menimpa seseorang, sebuah kelompok tertentu akibat berita yang kita share, dan pada akhirnya kita menyesali perbuatan itu dikemudian hari, waallahua'lam. "
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Sumber referensi, "BERITA DAN BAHAYANYA"
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
di almanhaj.or.id
Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi
di almanhaj.or.id
Foto Himbauan hindari hoax dari Polresta Pekanbaru
No comments:
Post a Comment