Oleh Siswo Kusyudhanto
Seorang teman bertanya kepada seorang ustadz di sebuah kajian, teman ini menyampaikan keluh kesahnya,
"Ustadz sejak saya hijrah dan bertekad meraih surga dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi kok semua bagian hidup saya terasa sulit dan berat.
Saya mau menghindari musik, malah sekeliling saya suka menikmati musik, mulai tetangga saya suka bunyikam musik keras-keras, datang ke walimahan juga ditampilkan musik dangdut dengan biduan yang penampilannya seronok dan seterusnya.
Saya ingin berbuat jujur, namun orang sekitar saya justru suka berbohong, teman kantor saya suka merubah kuitansi, ada atasan saya suka korupsi dan seterusnya.
Saya mau menghindari hal yang berbau riba, malah sekeliling saya pelaku riba dan penikmat riba, saudara saya kerja di bank, ada teman saya juga membungakan uang dan seterusnya.
Saya mau menghindari amalan2 bid'ah, malah sekitar saya banyak melakukan amalan2 bid'ah, mulai keluarga saya sendiri sampai tetangga.
Saya ingin menghindari amalan syirik malah ayah saya suka memakai jimat, ada famili saya suka ngalap berkah ke makam orang yang dianggap suci dan seterusnya.
Bagaimana menghadapi ini ustadz?. "
Saya ingin berbuat jujur, namun orang sekitar saya justru suka berbohong, teman kantor saya suka merubah kuitansi, ada atasan saya suka korupsi dan seterusnya.
Saya mau menghindari hal yang berbau riba, malah sekeliling saya pelaku riba dan penikmat riba, saudara saya kerja di bank, ada teman saya juga membungakan uang dan seterusnya.
Saya mau menghindari amalan2 bid'ah, malah sekitar saya banyak melakukan amalan2 bid'ah, mulai keluarga saya sendiri sampai tetangga.
Saya ingin menghindari amalan syirik malah ayah saya suka memakai jimat, ada famili saya suka ngalap berkah ke makam orang yang dianggap suci dan seterusnya.
Bagaimana menghadapi ini ustadz?. "
Ustadz menjawab, " ya memang akan menemui keadaan sulit dan berat jika seseorang ingin meraih surga, dan ini sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam jauh-jauh hari, tinggal kita mampu atau tidak dalam menjaga diri agar selalu taat kepada Allah Ta’ala dan RasulNya meskipun kita ditimpa kesulitan, waallahua'lam. "
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف) yang berarti sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu. Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan kata hujibat (حُجِبَت ) yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Al-Jannah: Kampung kenikmatan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan Allah Ta’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan Allah Ta’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Sumber referensi "Surga Diliputi Perkara Yang Dibenci Jiwa, Neraka Diliputi Perkara Yang Disukai Nafsu", oleh Ummi Farikhah di muslim.or.id
No comments:
Post a Comment