Oleh Siswo Kusyudhanto
Saya pribadi meskipun sejak dulu diijinkan oleh istri untuk berpoligami namun sampai hari ini saya tidak melakukan syariat Allah dan RasulNya tersebut, padahal jika mau sudah saya lakukan sejak dulu, belum tau juga jika suatu hari Allah Azza wa Jalla mengkondisikan hal tersebut, waalahua'lam, hanya Allah Azza wa Jalla yang mengetahui Nya.
Pertimbangan tentu karena didasarkan kepada ilmu, selain nikmatnya tentu juga konsekuensinya, termasuk juga ancamannya jika tidak mampu berlaku adil dalam mengarungi hidup poligami, dan sungguh adil itu sangat sulit karena sifatnya sangat subyektif, tergantung keimanan dan keilmuan pelakunya.
Sayangnya banyak orang yang jelas termasuk umat Islam keliru bagaimana bersikap kepada poligami, mereka tidak melakukan poligami tapi sekaligus juga membencinya, seakan ini aturan primitif dari masa lalu yang perlu diberantas, padahal syariat itu datangnya dari Allah Azza wa Jalla dan juga diamalkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, kalau sampai membencinya tentu yang menjadi pertanyaan "Bagaimana keadaan syahadat orang itu?".
Sikap yang benar terhadap poligami mungkin seperti yang dituturkan oleh Ustadz Ali Ahmad bin Umar, kata beliau syariat poligami pandangan kita harusnya sama seperti pandangan kita terhadap syariat Allah dan RasulNya lainnya.
Mungkin sama cara melihatnya seperti kita melihat Haji, banyak orang tidak mampu berangkat haji karena keadaan mereka, namun mereka tidak membencinya, harusnya demikian juga dalam kita melihat poligami, ketika tidak ada kemampuan mengamalkannya jangan membencinya, karena jika sikap kita sampai pada benci pada poligami maka tentu kita akan terancam pada kekufuran, dan pada tingkatan tertentu dapat menjadi kafir, dan ini sangat berbahaya bagi keIslaman kita, bisa jadi kita masuk neraka karena hal tersebut,
Waalahua'lam.
Waalahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut/29 : 68]
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut/29 : 68]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
“Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti” [Al-Munafiqun : 3]
Sumber Referensi, "Definisi Kuffur dan jenisnya", karya Syaikh Shalih Ustaimin di almanhaj.or.id
No comments:
Post a Comment