Oleh Siswo Kusyudhanto
Dengar disebuah posting sosial media ada seorang ustadz menjawab sebuah pertanyaan dan kemudian dijawab dengan sangat tidak beradab, dijawab pertanyaan itu dengan bahasa yang sangat kasar, tidak sepatutnya sampaikan seorang yang berilmu, melihat hal ini sangatlah bikin prihatin, padahal dia mungkin memang termasuk orang yang berilmu, dan ngakunya salafi garis -garis pula, Allahu Akbar!.
Dalam sebuah kajian Ustadz Ali Ahmad bin Umar menyebutkan, " Dahulu para ulama hadist ketika ditanya mengenai mana mendahulukan ilmu atau adab/akhlak ?, mereka menjawab, kami belajar ilmu hadist selama 10 tahun namun kami belajar mengenai adab selama 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa adab sangat penting dipelajari, adab adalah landasan dari ilmu yang dimiliki seseorang, maka kalau hanya mengutamakan ilmu dan meninggalkan bagaimana beradab yang baik mungkin yang terjadi seperti sekarang ini banyak orang yang memiliki ilmu namun sangat sedikit yang beradab.Walahua'lam."
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad no. 273. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad.)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201.)
Bahkan dengan akhlak mulia, seseorang bisa menyamai kedudukan (derajat) orang yang rajin berpuasa dan rajin shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.” (HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhiib no. 2643.)
Sumber Referensi, "Keutamaan Berakhlak Mulia", oleh Ustadz Muhammad Saefudin Hakim di muslim.or.id
No comments:
Post a Comment