Syaikh Ibnu Taimiyah Rahimahullah memberikan beberapa nasehat untuk bersabar ketika menghadapi gangguan orang lain, diantaranya beliau mengatakan :
Dengan mengikrarkan bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan para hamba-Nya; baik geraknya, diamnya, bahkan keinginannya. Maka, apapun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sebaliknya yang tidak Dia kehendaki takkan terjadi. Sehingga tidak ada satupun partikel di alam ini bisa bergerak, baik di alam yang atas maupun di alam yang bawah, kecuali atas izin dan kehendak-Nya. Jadi semua hamba itu hanyalah alat. Maka, lihatlah kepada Dzat yang menjadikan manusia itu mengganggumu, jangan kau lihat kelakuan (buruk) mereka terhadapmu; niscaya kamu akan menjadi tenang, tidak galau, tidak pula sedih” (Jami’ul Masa’il, 1/168).
Intinya, ketika Anda disakiti orang lain, maka ingatlah bahwa tindakan dia itu adalah bagian dari ciptaan Allah, ia tidak akan terjadi melainkan setelah diizinkan dan dikehendaki oleh Allah ta’ala.
Jika itu atas kehendak Allah, mengapa Anda galau dan sedih?! Bukankah Dia Maha Baik dan Maha mengasihi hamba-Nya. Sungguh, Dia tidaklah menginginkan dari musibah itu, melainkan kebaikan untukmu.
yang bisa membantu seseorang untuk bersabar menghadapi gangguan manusia adalah: dengan mengakui dosa-dosanya, bahwa Allah menjadikan mereka melakukan hal buruk kepadanya adalah karena dosa yang ada padanya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Musibah apapun yang menimpa kalian, maka itu disebabkan oleh tangan-tangan kalian sendiri, padahal Dia telah banyak memaafkan“. (Asy-Syuro: 30).
Maka, apabila seorang hamba menyadari bahwa semua musibah yang dialaminya adalah disebabkan dosa-dosanya, tentu dia akan menyibukkan dirinya dengan taubat dan istighfar dari dosa-dosanya, karena itulah yang menjadi penyebab datangnya gangguan mereka terhadapanya.
Dengan begitu, dia akan terhindar dari tindakan mencela mereka, atau menyalahkan mereka, atau menjelek-jelekkan mereka. Bila engkau melihat seseorang menjelek-jelekkan manusia saat mereka menyakitinya, dan dia tidak introspeksi diri dengan menyalahkan dirinya dan beristighfar, maka ketahuilah bahwa musibahnya memang benar-benar nyata. Dan apabila hal itu menjadikannya bertaubat, beristighfar, dan mengatakan “ini memang karena dosa-dosaku”, maka musibah itu menjadi kenikmatan yang ada pada dirinya.
Sahabat Ali bin Abi Thalib –rodhiallohu’anhu– telah mengatakan pesan mutiara: “Jangan sampai seorang hamba berharap melainkan kepada Rabb-nya, dan jangan sampai seorang hamba khawatir kecuali terhadap dosanya“.
Diriwayatkan pula dari beliau dan yang lainnya: “Tidaklah musibah turun, melainkan karena sebab dosa. Dan tidaklah ia diangkat, melainkan dengan taubat“” (Jami’ul Masa’il, 1/169).
Intinya, jika Anda diganggu atau disakiti orang lain, maka ingatlah bahwa penyebabnya adalah dosa-dosa yang Anda lakukan. Oleh karenanya, tidak perlu Anda membalasnya, tapi sibukkan diri dengan banyak istighfar dan taubat, sehingga musibah itu diangkat oleh Allah ta’ala. Dengan langkah ini pula, kita bisa menjadikan musibah itu mendatangkan nikmat kebaikan.
Sumber Referensi, "Belajar Sabar bersama Syaikh Ibnu Taimiyah", karya Ustadz Dr. Musyaffa Addariny LC.MA. di muslim.or.id
No comments:
Post a Comment