Oleh Siswo Kusyudhanto
Dulu sering heran dengan semangat para ustadz membuka kelas bacaan Al-Qur'an diberbagai tempat, saya sedikit heran untuk apa?, Kenapa tidak berdakwah saja kepada masyarakat tentang Aqidah dan syariat, maklum proses belajar kelas bacaan Al-Qur'an yang lebih populer disebut Tahsin itu butuh waktu lama, bahkan seseorang sampai tingkat lancar dan tepat bacaan tajwid perlu waktu bertahun-tahun hingga benar. Bahkan konon seperti seorang ustadz yang ilmu tajwid nya bersanad untuk betulin basmalah saja perlu waktu belasan tahun hingga benar, bagaimana dengan yang awam seperti kita?.
Belakangan baru paham, selain membuka kajian Aqidah dan kajian fikih, ternyata kajian Tahsin sangatlah penting dalam mendorong tersebarnya Dakwah Sunnah.
Disebutkan seorang teman disebuah daerah bahwa hampir setengah masjid dan musholla yang ada di daerah itu imam shalat fardhu adalah para anggota kelas bacaan Tahsin yang berbasis Kajian Sunnah, mereka sering ditunjuk masyarakat sekitar untuk menjadi imam shalat fardhu karena bacaannya lancar dan tepat tajwidnya. Dengan demikian juga masyarakat sekitar masjid dan musholla menilai bahwa orang-orang yang mengikuti kajian Sunnah makin baik agamanya, dan ini daya tarik kuat bagi masyarakat luas untuk mengetahui Kajian Sunnah dan mulai mau belajar tentang dakwah ini.
Pada akhirnya dari sinilah Dakwah Sunnah terdistribusi kan, kemudian pengaruh paham Ahlu Sunnah Manhaj Salaf diperkenalkan kepada masyarakat luas.
Baru sadar bahwa membuka kelas bacaan Al-Qur'an adalah langkah cerdas dalam berdakwah. Berilmu dahulu, insyaallah banyak kebaikan akan datang.
Walahua'lam.
Abud Darda’ radhiyallaahu ‘anhu berkata :
يا حبذا نوم الأكياس وإفطارهم كيف يعيبون سهر الحمقى وصيامهم ومثقال ذرة من بر صاحب تقوى ويقين أعظم وأفضل وأرجح من أمثال الجبال من عبادة المغترين
“Duhai seandainya (kita dapatkan) tidur dan makan minumnya orang berilmu. Bagaimana bisa orang terperdaya dengan terjaganya (dalam sholat) dan puasanya orang yang bodoh. Sungguh kebaikan sebesar biji dzarrah dari orang yang bertaqwa dan yakin (berilmu) lebih agung, lebih utama, dan lebih berat timbangannya dibandingkan amalan sebesar gunung dari orang yang tertipu (orang bodoh)” (Hilyatul Awliyaa’ juz 1 halaman 211).
Sumber Referensi,"Berilmu dulu sebelum amal", Ustadz Fuad Baraba di muslim.or.id
Foto kelas Tahsin Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru
No comments:
Post a Comment