Oleh Siswo Khusyudhanto
Sering kali mengajak teman yang awam ke kajian Sunnah sering kali ajakan itu mendapatkan penolakan, alasannya hampir sama, seperti, " kajianmu itu aliran keras", "golongan mu itu dikit-dikit haram", atau "kajian yang saya ikut lebih sejuk, gak pernah membahas Syirik, Bid'ah dan Riba, enak pokoknya, bikin seneng".
Kenapa bisa demikian?, berikut ini mungkin penjelasannya.
Dalam sebuah kajian seorang jamaah bertanya kepada ustadz pemateri kajian, "Ustadz kenapa banyak disebut dikalangan masyarakat awam kajian ini terlalu keras, radikal dan semacamnya?, Mungkin Ustadz dapat menjelaskan fenomena ini".
Ustadz menjawab, "Hal seperti ini mungkin diakibatkan kebanyakan masyarakat terbiasa mendengar kajian agama yang hanya materinya adalah bermuatan Amar Ma'ruf, dan sangat sedikit mereka mendengar kajian agama yang menjelaskan Nahi Munkar, sehingga ketika mereka mendengar kajian yang materinya bermuatan Nahi Munkar mereka menilai hal demikian sangat keras, sehingga menimbulkan tuduhan berbagai macam pada kajian yang demikian, seperti kajian radikal, kajian aliran keras bahkan juga Wahabi.
Semua itu disebabkan karena sangat sedikit pendakwah di negri ini mengikuti konsep Sunnah dalam berdakwah, yakni Amar Ma'ruf Nahi Munkar, kebanyakan pendakwah hanya menyampaikan Amar Ma'ruf, mereka menyampaikan kajian yang berisi seruan agar umat menjadi anak yang baik, istri yang baik, suami yang baik, karyawan yang baik dan seterusnya, dan mereka meninggalkan dakwah yang berisi seruan Nahi Munkar, sangat sedikit pendakwah menjelaskan bahaya Syirik, bahaya Bid'ah, bahaya Riba dan seterusnya.
Ketika mereka(para pendakwah) itu ditanya "kenapa kalian hanya mendakwahkan Amar Ma'ruf saja dan meninggalkan dakwah Nahi Munkar?", Mereka menjawab "itu bukan tugas saya", atau dalam artian mereka hanya mencari aman dengan menyampaikan Amar Ma'ruf dan takut ditinggalkan jamaahnya jika menyampaikan yang berkaitan dengan Nahi Munkar.
Maka ketika ada sebagian kecil pendakwah di negri ini yang berusaha mengikuti konsep Dakwah Sunnah yakni menyampaikan Amar Ma'ruf sekaligus Nahi Munkar, menjelaskan syariat agama dengan jelas mana yang hak dan bathil, yang terjadi justru banyak tuduhan dilayangkan kepada mereka, mulai ustadz radikal, aliran keras atau Wahabi, padahal apa yang disampaikan mereka didasarkan kepada dalil Sahhih baik dari Al-Qur'an dan Sunnah Sahhihah sekalipun.
Akibat budaya ingkar Nahi Munkar dan hanya mengutamakan Amar Ma'ruf ini akhirnya masyarakat terfitnah syubhat dan terlibat dalam amalan-amalan yang menyimpang, banyak perbuatan Syirik, Bid'ah dan Riba didalam masyarakat kita, dan kebanyakan merasa dalam amalan yang benar.
Hal demikian disebabkan tidak ada yang menjelaskan kepada mereka mana Perkara yang hak dan bathil.
Hal demikian disebabkan tidak ada yang menjelaskan kepada mereka mana Perkara yang hak dan bathil.
Untuk itu menjadi pekerjaan besar para pendakwah untuk mengedukasi masyarakat terutama Umat Muslim agar mereka dapat menerima Dakwah Sunnah, yakni dakwah yang mengikuti Konsep Dakwah Sunnah, Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
Waalahua'lam.
Waalahua'lam.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali Imrân/3:104]
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
Sumber Referensi almanhaj.co dan Rumoysho.co
No comments:
Post a Comment