Oleh Siswo Khusyudhanto
Beberapa hari yang lalu disebuah masjid bertemu dengan teman pria yang sedang membawa anaknya yang berusia sekitar 10 tahun, si anak kebetulan seorang anak yang mengalami autis, dia mengajak si anak shalat fardhu berjamaah, selesai melakukan shalat berjamaah nampak oleh saya siayah dengan sabar memakaikan kaos kaki, sepatu dan jaket kepada si anak, masyaAllah jadi terharu, sementara si anak ngomong tidak tentu arah, dan seakan si ayah tidak peduli omongan si anak yang tak tentu arahnya.
Kagum dengan perjuangan para orang tua yang punya anak mengalami gangguan autisme, karena saya rasakan sendiri punya anak yang normal saja kadang melihat kenakalan atau kebandelannya bikin kita marah, dan butuh kesabaran menghadapi situasi seperti itu, tentu dalam menghadapi anak autis jauh lebih butuh banyak stock kesabaran karena ucapan dan tindakannya sulit diprediksi, dan kadang ucapan dan tindakan jauh dari keinginan kita.
Maka ketika ada seorang teman lain yang stress menghadapi anaknya yang autis, saya nasehati agar dalam merawat anak lihat sebagai ibadah dan jangan melihatnya sebagai keterpaksaan, dan insyaallah sikap sabar jauh lebih baik. Padahal entah sanggup atau enggak jika saya sendiri dalam menghadapi situasi demikian, yang penting dia tenang dan tidak stress.
Maka ketika ada seorang teman lain yang stress menghadapi anaknya yang autis, saya nasehati agar dalam merawat anak lihat sebagai ibadah dan jangan melihatnya sebagai keterpaksaan, dan insyaallah sikap sabar jauh lebih baik. Padahal entah sanggup atau enggak jika saya sendiri dalam menghadapi situasi demikian, yang penting dia tenang dan tidak stress.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abdullah Zein MA menyebutkan, sebuah kekeliruan jika ada seseorang mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya, ucapan seperti itu sebenarnya hanyalah dalih untuk membenarkan kemarahannya, seperti kita ketahui karena sabar adalah salah satu ibadah yang mulia disisi Allah Ta'ala, maka untuk sesuatu yang sifatnya ibadah tidak ada batasannya, artinya sabar tidak ada batasannya.
Dan salah satu ciri penghuni surga yang disebut oleh Allah Ta'ala diantaranya adalah sabar, waalahua'lam.
Dan salah satu ciri penghuni surga yang disebut oleh Allah Ta'ala diantaranya adalah sabar, waalahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Rabbmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan, dan bumi Allâh itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [az-Zumar/39: 10]
Sumber Referensi almanhaj.or.id
No comments:
Post a Comment