Gak kebayang kalau Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam beserta para sahabat beliau hidup dijaman ini, dan menyaksikan umat muslim mungkin mereka akan sangat heran, sedih, prihatin. Mungkin mereka heran lihat ada orang ngamalkan tahlil kematian, dan juga mungkin mereka bertanya, " apakah itu yang dinamakan sedekah untuk si mayat?", maklum mereka tidak pernah melakukan nya meskipun dijaman mereka ada ribuan orang mati karena perang dan sakit.
Ketika mereka melihat ada sekelompok muslim berdemo dijalanan meneriakkan khilafah dan daulah sambil membawa panji-panji Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, pasti mereka juga akan heran, "apakah seperti itu menegakkan khilafah?", maklum dijaman nya mereka tidak pernah melakukan nya, menegakkan khilafah dan daulah bagi mereka bukan seperti itu.
Jika saja mereka melihat ada sekelompok muslim meninggalkan keluarga dan pekerjaannya sambil menenteng kompor, baju dan segala kebutuhannya, pasti mereka juga heran, maklum mereka tidak pernah berdakwah dengan cara demikian, karena dakwah mereka disemua lini kehidupan, dimulai dari keluarga.
Jika para sahabat/khulafaur rashidin melihat sekelompok muslim merayakan maulid nabi mungkin mereka heran, maklum mereka adalah orang2 yang paling mencintai Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, namun mereka tidak pernah merayakan acara seperti maulid nabi, tanggal berapa nabi dilahirkanpun tidak ada yang mengetahui secara pasti, karena bagi mereka mencintai Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yakni dengan mengikuti semua Sunnah nya.
Maka makin banyak hal aneh jika perbuatan yang diamalkan umat muslim dijaman ini dikembalikan lagi kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dan para sahabat nya, maka sebaik-baik jalan tetap mengikuti jalan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dan para sahabatnya, Waallahua'lam.
Allah Azza Wajalla berfirman :
“Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’aam: 153]
Ayat ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa jalan itu hanya satu, sedangkan jalan selainnya adalah jalan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan jalannya ahlul bid’ah.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh Imam Mujahid ketika menafsirkan ayat ini. Jalan yang satu ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Jalan ini adalah ash-Shirath al-Mustaqiim yang wajib atas setiap muslim menempuhnya dan jalan inilah yang akan mengantarkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa jalan yang mengantarkan seseorang kepada Allah hanya SATU… Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Allah, kecuali melalui jalan yang satu ini.
Referensi dr artiek "kewajiban iitiba kepada Nabi dan para sahabat nya", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or.id
No comments:
Post a Comment