Tidak sengaja membuka sebuah link youtube, dan ketika melihatnya bikin prihatin dan sedih, ada seorang kyai berdiri didepan jamaahnya dan mengatakan, " tau tidak dalil wahabi tentang larangan bid'ah cuma satu, jika ditanya mana dalil larangan tahlil kematian maka wahabi menjawab, kullu bidatin dholallah, jika ditanya apa dalilnya larangan maulid nabi, maka wahabi menjawab, kullu bidatin dholallah(setiap bid'ah adalah sesat), kalau ditanya apa dalilnya larangan shalawat nariyah maka jawabannya, kullu bidatin dholallah, semua amalan yang dilarang mereka dalilnya cuma satu, kullu bidatin dholallah.", dan perkataan kyai itu disambut gegap gempita dan riuh tertawa jamaahmya.
Subhanaallah, sedih melihatnya, harusnya seorang kyai bertingkah laku layaknya seorang kyai, yakni tidak mengolok-olok perkataan yang datangnya dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, karena yang pertama menyampaikan lafadz " kullu bidatin dholallah ", adalah dari lisan manusia paling mulia dimuka bumi ini, yakni Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, lafadz itu bukan dari ustadz, bukan dari seorang Syaikh atau imam madhzab sekalipun.
Apakah kyai itu tidak sadar bahwa dirinya telah melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang sama yang banyak dia sebut-sebut dalam perayaan maulid nabi yang merupakan wujud cinta kepada Nabi katanya, ini sungguh kontradiktif mencintai sekaligus melecehkannya?
Dan tindakan melecehkan kalimat " kullu bidatin dholallah " masuk dalam perbuatan mengolok-olok syariat Allah dan RasulNya, dan ini sangat terlarang dalam agama Islam, dapat menjatuhkan seseorang dalam keadaan kafir.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy, kata beliau, " kadang kita jumpai seseorang menemui orang yang bercelana cingkrang kemudian dia mengatakan, rumah ente kebanjiran ya? Kok pakai celana setinggi itu?, atau ketika menemui wanita yang berhijab syar'i dan bercadar dia mengatakan, eh ada ninja lewat, meskipun mungkin dalam hatinya tidak berniat melecehkan syariat Allah dan RasulNya, dan mungkin saja niatnya hanya bercanda, namun hal demikian masuk dalam perbuatan mengolok-olok syariat Allah dan RasulNya, karena orang yang dilecehkan sedang mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan demikian, aamiin ."
Subhanaallah, sedih melihatnya, harusnya seorang kyai bertingkah laku layaknya seorang kyai, yakni tidak mengolok-olok perkataan yang datangnya dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, karena yang pertama menyampaikan lafadz " kullu bidatin dholallah ", adalah dari lisan manusia paling mulia dimuka bumi ini, yakni Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, lafadz itu bukan dari ustadz, bukan dari seorang Syaikh atau imam madhzab sekalipun.
Apakah kyai itu tidak sadar bahwa dirinya telah melecehkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang sama yang banyak dia sebut-sebut dalam perayaan maulid nabi yang merupakan wujud cinta kepada Nabi katanya, ini sungguh kontradiktif mencintai sekaligus melecehkannya?
Dan tindakan melecehkan kalimat " kullu bidatin dholallah " masuk dalam perbuatan mengolok-olok syariat Allah dan RasulNya, dan ini sangat terlarang dalam agama Islam, dapat menjatuhkan seseorang dalam keadaan kafir.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Haidar As Sundawy, kata beliau, " kadang kita jumpai seseorang menemui orang yang bercelana cingkrang kemudian dia mengatakan, rumah ente kebanjiran ya? Kok pakai celana setinggi itu?, atau ketika menemui wanita yang berhijab syar'i dan bercadar dia mengatakan, eh ada ninja lewat, meskipun mungkin dalam hatinya tidak berniat melecehkan syariat Allah dan RasulNya, dan mungkin saja niatnya hanya bercanda, namun hal demikian masuk dalam perbuatan mengolok-olok syariat Allah dan RasulNya, karena orang yang dilecehkan sedang mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Semoga kita dijauhkan dari perbuatan demikian, aamiin ."
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok?” “Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah beriman”. (QS : At Taubah [9] : 65-66)
Sumber referensi artikel "mengolok-olok syariat" dr muslim.ormid
No comments:
Post a Comment