Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah menyebutkan bahwa amalan berdoa hanya dapat dilakukan seseorang yang membutuhkan Allah Ta'ala, kekuatan doa terletak dari ketergantungan seseorang kepada Allah Ta'ala.
MasyaAllah, perkataan singkat namun sangat dalam maknanya, memang benar adanya berdoa hanya dapat dilakukan seseorang karena sangat bergantung kepada Allah Ta'ala, dan sebaliknya seseorang sulit untuk melakukan doa ketika dia tidak merasa membutuhkan pertolongan Allah Ta'ala, ini terjadi ketika seseorang memiliki ego yang tinggi, seakan-akan apa yang dimilikinya, apa yang dinikmati hanya hasil usahanya, dan mengesampingkan peran Allah Ta'ala dalam mewujudkan nya.
Dalam kajian lain seorang ustadz menyebutkan seseorang yang enggan dan malas dalam berdoa kepada Allah Ta'ala adalah orang yang terjangkiti sifat sombong, dia merasa tidak perlu melakukan doa karena apa yang dimilikinya dan dinikmatinya adalah berkat usaha dirinya.
Padahal atas kekuasaan Allah Ta'ala saja sehingga dia memiliki sesuatu dan menikmatinya, sementara usaha dirinya memegang peranan sangat kecil sehingga itu terwujud,
Waalahua'lam.
Padahal atas kekuasaan Allah Ta'ala saja sehingga dia memiliki sesuatu dan menikmatinya, sementara usaha dirinya memegang peranan sangat kecil sehingga itu terwujud,
Waalahua'lam.
Allah Ta'ala berfirman :
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).
Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Ta’ala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani).
Sumber Referensi"Jangan Malas Berdoa", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc. Di web Muslim.or
No comments:
Post a Comment