Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada beberapa teman bertanya kenapa kok sering posting tulisan anti riba?, lalu saya ceritakan pengalaman dimasa lalu dimana saya adalah pelaku riba, yakni pernah bekerja sebagai Supervisor Marketing disebuah Bank Nasional , sehingga tau persis bagaimana kejam dan jahatnya riba.
Namun dari semua pengalaman bekerja disana, ada satu peristiwa yang jika mengingatnya benar-benar bikin sesak didada dan bahkan sering menangis jika mengingat hal itu.
Pagi itu seperti biasanya masuk kerja dikantor bank, saya duduk dideretan meja marketing, dimeja saya sudah bertumpuk berkas, kebanyakan adalah pengajuan kredit/pinjaman dari nasabah, namun diantara itu ada satu berkas yang berbeda, setelah saya baca ternyata dokumen penyitaan jaminan salah satu nasabah yang telah menunggak selama enam bulan karena tidak sanggup membayar pinjaman. Lalu saya hubungi bagian penyitaan, dan mereka membenarkan hal ini, bahkan mereka mengajak saya untuk ikut jika tidak banyak pekerjaan, dan saya menyatakan untuk ikut sore harinya. Sore itu kami berangkat menuju rumah nasabah yang akan disita jaminannya. Kami pergi ke sebuah desa kecil yang jauh dari kota, tempat yang kami datangi adalah sebuah rumah sederhana, dindingnya dari bambu, berlantai tanah dan dikelilingi sawah yang sangat gersang, tak ada tanaman sedikitpun tumbuh diatasnya, didepan rumah itu ada truck diesel yang sedang parkir.
Setelah permisi kami masuk kedalam rumah, disambut seorang wanita setengah baya yang pakaian dan rambutnya berantakan sambil mengendong bayi, dia tidak sedikitpun memberikan senyuman kepada kami, mungkin dia sudah paham dan mengerti maksud kedatangan kami, yakni menyita jaminan atas pinjaman suaminya ke bank kami, yakni berupa rumah, tanah dan truck dieselnya.
Wanita itu matanya berkaca-kaca ketika berbicara kepada kami seakan minta belas kasihan dari kami, dia minta diberi waktu lagi untuk membayar tanggungan pinjamannya, namun peraturan bank tetaplah peraturan, dan kami dibayar untuk menerapkan ini dilapangan maka kami jawab tidak ada lagi tengat waktu atas hal ini. Mendengar jawaban kami langsung membuat wanita itu menangis makin menjadi, air mata si wanita deras menetes membasahi pipinya, lalu dia mengatakan bahwa suaminya sedang sakit parah sehingga tidak bekerja beberapa bulan terakhir, juga hasil panen dari sawah mereka sangat sedikit akibat kemarau panjang, ini penyebab kenapa mereka menunggak pembayaran sebegitu lama, hingga melewati batas waktu yang disepakati.
Kemudian dia menunjukkan kami kamar suaminya, dan memang benar, disana nampak seorang lelaki terbujur diatas pembaringan dari bambu, ketika itu nampak oleh saya si suami ini terbatuk dan kemudian memuntahkan darah segar, subhanaallah.
Namun dari semua pengalaman bekerja disana, ada satu peristiwa yang jika mengingatnya benar-benar bikin sesak didada dan bahkan sering menangis jika mengingat hal itu.
Pagi itu seperti biasanya masuk kerja dikantor bank, saya duduk dideretan meja marketing, dimeja saya sudah bertumpuk berkas, kebanyakan adalah pengajuan kredit/pinjaman dari nasabah, namun diantara itu ada satu berkas yang berbeda, setelah saya baca ternyata dokumen penyitaan jaminan salah satu nasabah yang telah menunggak selama enam bulan karena tidak sanggup membayar pinjaman. Lalu saya hubungi bagian penyitaan, dan mereka membenarkan hal ini, bahkan mereka mengajak saya untuk ikut jika tidak banyak pekerjaan, dan saya menyatakan untuk ikut sore harinya. Sore itu kami berangkat menuju rumah nasabah yang akan disita jaminannya. Kami pergi ke sebuah desa kecil yang jauh dari kota, tempat yang kami datangi adalah sebuah rumah sederhana, dindingnya dari bambu, berlantai tanah dan dikelilingi sawah yang sangat gersang, tak ada tanaman sedikitpun tumbuh diatasnya, didepan rumah itu ada truck diesel yang sedang parkir.
Setelah permisi kami masuk kedalam rumah, disambut seorang wanita setengah baya yang pakaian dan rambutnya berantakan sambil mengendong bayi, dia tidak sedikitpun memberikan senyuman kepada kami, mungkin dia sudah paham dan mengerti maksud kedatangan kami, yakni menyita jaminan atas pinjaman suaminya ke bank kami, yakni berupa rumah, tanah dan truck dieselnya.
Wanita itu matanya berkaca-kaca ketika berbicara kepada kami seakan minta belas kasihan dari kami, dia minta diberi waktu lagi untuk membayar tanggungan pinjamannya, namun peraturan bank tetaplah peraturan, dan kami dibayar untuk menerapkan ini dilapangan maka kami jawab tidak ada lagi tengat waktu atas hal ini. Mendengar jawaban kami langsung membuat wanita itu menangis makin menjadi, air mata si wanita deras menetes membasahi pipinya, lalu dia mengatakan bahwa suaminya sedang sakit parah sehingga tidak bekerja beberapa bulan terakhir, juga hasil panen dari sawah mereka sangat sedikit akibat kemarau panjang, ini penyebab kenapa mereka menunggak pembayaran sebegitu lama, hingga melewati batas waktu yang disepakati.
Kemudian dia menunjukkan kami kamar suaminya, dan memang benar, disana nampak seorang lelaki terbujur diatas pembaringan dari bambu, ketika itu nampak oleh saya si suami ini terbatuk dan kemudian memuntahkan darah segar, subhanaallah.
Namun cerita sedih si wanita dan keadaan suaminya yang sakit itu tidak sedikitpun menghambat proses penyitaan kami, maka pada hari itu harta milik mereka yakni rumah, sawah dan truck diesel kami amankan, dan menjadi milik bank dimana kami bekerja, subhanaallah. Semoga Allah Ta'ala mengampuni dosa-dosa saya, aamiin.
Saat saya keluar dari bank itu baru terfikir bagaimana nasib keluarga itu? , yang semua hartanya kami sita, sementara mereka sendiri dalam keadaan terpuruk, karena panen gagal dan sakit. Sampai sekarang kalau ingat itu dada jadi sesak, betapa jahatnya saya dulu, semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa riba saya, aamiin.
Maka jangan sekali-kali menganggap bekerja di bank yang menerapkan praktek ribawi adalah pekerjaan keren, itu pekerjaan yang sangat jahat sekali, menggiring orang berbuat riba, dan mendorong diri sendiri dan orang lain kedalam api neraka. Semua diakibatkan karena kebodohan, sehingga sulit membedakan mana keren dan mana jalan menuju ke neraka.
Dalam sebuah kajian Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah menyebutkan, "Jangan anggap bekerja di bank itu kemuliaan dan benar karena di bank itu yang bekerja orangnya dandanannya rapi dan bekerja diruangan berAC juga diruangan mewah, tetapi sebenarnya yang mereka lakukan adalah sebuah kejahatan, karena mereka melakukan perbuatan riba yang dilaknat oleh Allah dan RasulNya."
Allah Ta'ala berfirman ,
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 279)
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 279)
No comments:
Post a Comment