Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary berkisah tentang kebiasaan masyarakat disebuah kota di Pulau Jawa, kata beliau, "disebuah kota di Jawa ada kebiasaan masyarakat disana diwaktu tertentu mengarak sebuah tombak yang disakralkan keliling kota, mereka yang berjumlah ribuan orang itu mengelilingi kota dengan membawa tombak itu sambil terus berdzikir mengucapkan Laa Ilaaha Illallah-Laa Iaaha Illallah... , mereka berharap dengan mengaraknya si tombak disakralkan itu keliling kota dapat menghalau segala musibah yang mengancam anggota masyarakat. Ketahuilah perbuatan seperti ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui makna sesungguhnya dari lafadz Laa Ilaaha Illallah, padahal dalam lafadz tersebut termuat perintah untuk mentauhidkan Allah Ta’ala, lafadz tersebut mengandung makna bahwa hanya Allah Ta’ala yang satu-satunya yang berhak diibadati, artinya juga menyakini hanya Allah Ta’ala saja yang mampu mendatangkan mashlahat dan mudharat kepada umat manusia.
Apa yang mereka lakukan dengan menganggap bahwa sebuah tombak dapat mendatangkan mashlahat dan menghalau mudharat adalah bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Laa ilaaha Illallah, hal ini disebabkan keawaman mereka akan makna kalimat tauhid tersebut.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memahami lafadz Laa Ilaaha Illallah dan mengetahui konsekuensi atas apa yang kita ucapkan tersebut, aamiin. "
Apa yang mereka lakukan dengan menganggap bahwa sebuah tombak dapat mendatangkan mashlahat dan menghalau mudharat adalah bertentangan dengan apa yang terkandung dalam Laa ilaaha Illallah, hal ini disebabkan keawaman mereka akan makna kalimat tauhid tersebut.
Semoga kita termasuk orang-orang yang memahami lafadz Laa Ilaaha Illallah dan mengetahui konsekuensi atas apa yang kita ucapkan tersebut, aamiin. "
Makna syahadat laa Ilaaha Illallaah adalah tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Kalimat ini menihilkan hak peribadahan yang sejati dari selain Allah dan menetapkannya hanya untuk Allah semata sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Hajj: 62)
Dan firman Allah dalam surat Al-Mu’minun:
وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al-Mu’minun: 117)
Sumber referensi "Konsekuensi Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah" Oleh Miftah Hadi Al Maidani di muslim.or.id
No comments:
Post a Comment