OLeh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu ada kejadian dimana Ustadz Syafiq Reza Basalamah mengkritik mereka yang dzikir berjamaah dan bersuara keras dengan mengatakan mirip nyanyian, dan video ucapan beliau diedit, hanya dipotong sebagian lalu disebarkan secara luas oleh orang yang tidak suka dakwah beliau. Akhirnya publik banyak yang menghujat beliau, dan hal tersebut sampai kepada Ustadz Syafiq Reza Basalamah, tak berapa lama beliau membuat video permintaan maaf kepada pihak yang mungkin merasa diolok oleh beliau, bahkan hampir semua link media sosial memuat video permintaan maaf ini. Sebagian orang yang sinis menilai hal ini membuktikan kerendahan ilmu beliau, namun bagi orang yang berfikir cerdas, orang yang berfikir dilandasi ilmu tindakan meminta maaf ini sungguh benar, karena hal tersebut membuktikan ketinggian akhlak beliau dengan merendahkan hati meminta maaf kepada mereka yang merasa terdzalimi.
Misal saya dalam posisi yang sama dengan Ustadz Syafiq Reza Basalamah, ketika kajian kita selalu dihadiri ribuan orang, atau banyak pujian yang arahnya dari mana-mana pada kita, kemudian merendahkan hati meminta maaf pada orang lain ?, padahal kita sebenarnya tau telah membuat kesalahan, saya rasa saya pribadi tidak dapat melakukannya, karena pujian orang atau popularitas cenderung bikin orang sombong dan merendahkan orang lain, dan akibatnya menganggap meminta maaf adalah kehinaan.
Karena yang sejatinya dalam timbangan syariat orang yang bersih dari kesalahan(ma'shum) hanyalah Nabi dan Rasul, sementara selain itu adalah manusia biasa yang pernah berbuat kesalahan, artinya orang yang sulit meminta maaf saat membuat kesalahan kepada orang lain mungkin merasa dirinya setara Nabi dan Rasul, Waallahua'lam.
Ustadz Armen Halim Naro Lc Rahimahullah dalam salah satu kajian beliau mengatakan, "meminta maaf adalah tindakan mulia, menunjukkan seseorang yang meminta maaf punya kerendahan hati, sebaliknya orang yang sulit meminta maaf merasa dirinya tinggi dari orang lain, dan ini bukan akhlak yang baik, juga kesombongan sekecil apapun dalam hati seseorang maka haram hukumnya masuk surga, waallahua'lam. "
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggambarkan hubungan persaudaraan antara sesama muslim, ibarat satu jasad. Jika ada yang sakit, yang lain turut merasakannya,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اثْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim 2586).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Lalu diampuni selluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai…” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ 5/1334, Ahmad 9119, dan Muslim 2565).
Referensi konsultasisyariah.
No comments:
Post a Comment