Di Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru beberapa waktu yang lalu ada jenasah di shalatkan disitu, sebenarnya sudah sering ada jenasah di masjid ini, namun yang tidak biasa kala itu yang hadir menshalatkan mencapai ribuan orang, mungkin bagi yang tidak mengetahui akan bertanya-tanya sipakah gerangan yang dishalatkan? Kenapa ada ribuan orang hadir untuk menshalatkan dia seakan itu adalah kematian seorang ustadz atau orang penting? Kenapa banyak sekali orang hadir mengantarkan kepergiannya?, seakan jamaah yang hadir ribuan orang itu sangat mencintai sang jenasah.
Ketahuilah sang jenasah adalah seorang pemuda berusia beliau kurang lebih 17 tahun, usia pelajar yang duduk di kelas dua menengah atas. Diantara jamaah Masjid Raudhatul Jannah namanya sangat dikenal karena segala kebaikan amal ibadahnya, meskipun usinya belia namun apa yang dilakukan selama hidupnya dapat menjadi teladan bagi siapa saja. Dari pembicaraan jamaah Masjid Raudhatul Jannah menyebarkan keharuman amalan2 si pemuda, diantaranya dia aktif di halaqah Alquran yang biasa disebut tahsin, dalam hal puasa juga luar biasa, puasa daud tidak pernah putus diamalkannya, dalam hal sedekah dia sering membeli kurma dan kemudian membaginya kepada siapa saja di lingkungan masjid, demikian juga dia sering belanja buku dan membagikan kepada para teman2 seusianya dan banyak lagi amalan indah dikenang banyak orang. Jika kebanyakan remaja menghabiskan waktunya di jalanan, di warnet, dan hal yang tidak berguna lainnya, tidak dengan si pemuda Rahimahullah, dia menghabiskan waktunya di Masjid Raudhatul Jannah, setiap selesai sekolah, tidak pulang ke rumah namun ke masjid, dan menyibukkan dengan aktifitas amal ibadah hingga sore hari, bahkan baru pulang ke rumah selepas isya'.
MasyaAllah, pemuda dengan penuh amalan indah itu dipanggil Allah Azza wa Jalla lebih cepat melalui sebuah kecelakaan tragis.
Terima kasih, engkau mengajari amalan2 indah, semoga menjadi teladan bagi remaja usiamu dan kami semua, semoga Allah Azza wa Jalla merahmati dirimu, aaminn.
Yuk perbanyak amalan indah disisa hidup kita, agar menjadi bekal perjalanan panjang berikutnya, sebelum kematian itu datang kepada kita.
Benar kata Ustadz Abu Zubair Haawary, "salah satu kunci agar istiqomah dalam amal ibadah yakni perbanyak ingat kematian, karena dengan demikian kita akan selalu ingat bekal kita berupa amal ibadah itu masih sangat sedikit".
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. [HR Ibnu Majah, no. 4.258; Tirmidzi; Nasai; Ahmad].
Dalam riwayat Ath Thabrani dan Al Hakim terdapat tambahan:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu. [Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 1.222; Shahih At Targhib, no. 3.333].
No comments:
Post a Comment