Masih ingat dulu sekali saat saya diterima disebuah bank skala nasional, setelah itu kami menjalani training produk dan sistem perbankkan beberapa bulan sebelum terjun ke kantor2 cabang. Dalam sebuah sesi tanya jawab saya bertanya kepada pembawa materi, seorang ahli dalam sistem perbankkan, pertanyaan saya, "maaf apakah apa yang kita kerjakan ini masuk riba yang diharamkan oleh agama Islam?*, jawaban trainer, " oh itu bukan riba ya, kita ini sebenarnya berdagang, cuma yang kita perdagangkan adalah uang, kita ambil dari Bank Indonesia uang dengan bunga 11%, dan kita jual lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan bunga 24%, selisih dari Bunga Bank Indonesia yang disebut BI Rate dengan bunga kredit kita itulah hasil keuntungan dari jual beli yang kita kerjakan, jadi gak haram", saya mendengar itu cuma manggut2, maklum namanya juga gak tau sama sekali, dan percaya dengan yang disampaikan trainer bahwa apa yang kami kerjakan tidaklah haram dan bukan riba. Namun sekarang kalau ingat2 saat itu jadi tertawa, menertawakan kebodohan saya saat itu, sekaligus sangat bersyukur, karena para ustadz dalam beberapa kajian yang saya ikuti telah menyampaikan pemahaman yang benar soal riba, sekarang baru tau bahwa yang dilakukan orang2 yang berpakaian rapi di bank2 itu sama halnya dengan rentenir yang ada dikampung-kampung dan pasar-pasar, riba mutlak yang diharamkan dalam agama ini. Baru dari hal ini saya menyadari betapa pentingnya ilmu, dengan ilmu seseorang sulit ditipu, karena dengan ilmu seseorang tau mana yang haq dan bathil, mana yang haram dan mana yang halal, mana kesesatan dan mana hidayah.
Kata Ustadz Abu Haidar As Sundawy, "seseorang melakukan kemaksiatan didunia yang terang benderang dibawah lampu yang terang menyorot padanya, namun sesungguhnya dia melakukan dalam dunia yang gelap gulita, sehingga tidak tau mana yang haram dan halal, dia tidak tau mana kesesatan dan mana Hidayah, dia tidak mengerti mana yang haq dan mana yang bathil. Semuanya disebabkan dirinya tidak punya ilmu atas perbuatannya itu, karena ilmu adalah penerang di dunia yang gelap gulita ini."
Firman Allâh Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا﴿١٧٤﴾فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Wahai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an).
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allâh akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.[An-Nisa/4:174-175]
MAKNA KATA:
بُرْهَانٌ : Hujjah, argumentasi. Yang dimaksud dengan kata al-burhân dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
نُورًا مُبِينًا : al-Qur’an al-karîm
وَاعْتَصَمُوا بِهِ : Berpegang teguhlah dengan al-Qur’an dan dengan semua syari’at yang dibawanya
فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ : Di surga
صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا : Jalan yang bisa menghantar mereka keharibaan Rabb mereka di akhirat
PENJELASAN AYAT
Ketika menjelaskan ayat pertama, Syaikh Abdulmuhsin bin Abbad al-Badr hafizhahullâh mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat pemberitahuan dari Allâh Azza wa Jalla untuk para hamba-Nya bahwa mereka telah kedatangan dalil-dalil yang pasti kebenarannya dari Allâh Azza wa Jalla yang menunjukkan rubûbiyah dan uluhiyah-Nya; kitab yang menunjukkan bahwa Dia-lah ilah yang haq yang semua jenis ibadah hanya boleh diperuntukkan kepada-Nya. Dalam ayat tersebut terdapat pemberitahuan dari Allâh Azza wa Jalla bahwa Dia telah menurunkan kepada para hamba-Nya cahaya yang terang yaitu al-Qur’an. Allâh Azza wa Jalla menurunkannya kepada Rasul-Nya. Kitab itu berisi hidayah yang menunjukkan jalan yang lurus kepada umat manusia. Kitab itu berisi hal-hal yang bisa membimbing manusia agar terselamatkan dari kegelapan menuju cahaya… Allâh Azza wa Jalla menamakan kitab yang diturunkannya itu sebagai cahaya karena kitab itu menerangi jalan yang bisa menghantarkan para hamba untuk meraih kebaikan dan keberuntungan. Diantara ayat-ayat yang Allâh Azza wa Jalla sebutkan padanya bahwa al-Qur’an itu sebagai cahaya yaitu:
Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala:
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا
Maka berimanlah kamu kepada Allâh dan rasul-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan [At-Taghâbun/64:8]
Juga dalam firman-Nya:
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. [Asy-Syûrâ/42:52]
Juga dalam firman-Nya:
فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung [Al-A’râf/7:157]
Juga dalam firman-Nya:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿١٥﴾ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan.
Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus [Al-Maidah/5:15-16]
No comments:
Post a Comment