Dulu ketika masih sekolah saya sempat mengikuti beberapa pelatihan
jurnalistik oleh media skala Nasional, banyak teman seangkatan pelatihan
saat ini bekerja di beberapa media massa baik koran dan televisi
nasional. Namun kalau melihat kehidupan sehari-hari mereka, melihat apa
yang mereka kerjakan kadang apa yang disampaikan merka lewat tulisan dan
tayangan sering kali menyerempet kepada ketidak jujuran, bahkan
cenderung mengandung kebohongan, itu mereka lakukan agar mendapat
perhatian lebih dari pembaca dan penontonnya, dengan demikian ratting
dan penghasilan mereka naik dengan sendiri nya, bikin saya miris dan
takut untuk terjun didunia pemberitaan. Mungkin dengan alasan itu saya
jadi mikir2 mengikuti jejak teman2 saya ke dunia pemberitaan.
Dijaman ini dimana internet menjadi kebutuhan sehari-hari dan
jangkauannya sangat luas hingga masuk kerumah-rumah, kantor-kantor,
sampai pelosok desa, memudahkan tersebarnya berita secara cepat dan
luas. Demikian juga dengan tersebarnya berita bohong, dengan cukup satu
sentuhan "share", maka sebuah berita bohong dapat menjangkau langsung
kepada ribuan bahkan jutaaan orang, melalui berita tersambung dengan
cara di share dari orang satu kepada lainnya.
Makanya jangan heran kita selalu disuguhi banyak berita setiap hari, dan banyak diantaranya adalah berita bohong.
Sungguh benar Allah Azza wa Jalla mengingatkan hal ini jauh hari, jauh
sebelum ada koran, tv dan internet, sudah diingatkan 1400an tahun yang
lalu kepada umat manusia agar berhati-hati dalam menanggapi berita hoax.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى
مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah
melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus.
Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai
kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga
tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah,
pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai
kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa
mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”
Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang
fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan
bukti kebenaran berita itu.
(Dalam ayat ini) Allah
memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika
berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya,
berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak
begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti,
maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mengikuti berita-berita tersebut.
Allah berfirman.
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.
فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]
Terutama jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu terkena
cambuk. Misalnya, jika masalah yang kalian bicarakan bisa mengkibatkan
hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya.
Sungguh,
betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca,
renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah
yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang
jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta
yang terampas, kehormatan yang terkoyakkan, akibat berita yang tidak
benar!Berita yang dibuat oleh para musuh Islam dan musuh umat ini.
Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat ini,
mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa
banyak suami-istri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa
banyak kabilah-kabilah, dan kelompok-kelompok saling memerangi, karena
terpicu berita bohong!
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan
Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaidah bagi umat ini untuk
memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari
pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Akan
tetapi sangat disayangkan, tidak ada satu pun masyarakat muslim yang
bebas dari orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak
senang melihat kaum muslimin menjadi masyarakat yang bersatu dan
bersaudara, dimana orang yang paling rendah diantara mereka dijamin bisa
berusaha dengan aman, dan apabila orang akar rumput itu mengeluh, maka
orang yang di tampuk kepemimpinan juga akan mengeluh.
Wajib atas
kaum muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka. Dan
hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah
tidur (tidak pernah berhenti) membuat rencana dan tipu daya terhadap
kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada,
sehingga bisa mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling
bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya keberadaan
orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya
yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan
orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang
dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar
mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan
bertindak sesuai berita itu. Mereka tidak peduli dengan bencana yang
ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor orang munafiq.
Referensi artikel ;
BERITA DAN BAHAYANYA, Oleh
DR Abdul Azhim Al Badawi, di web Almanhaj.or.id.co