Peristiwa perampokan dan pembunuhan yang terjadi di Pulomas Jakarta kemarin sempat mengangetkan kita semua, peristiwa ini dimuat di banyak media nasional baik televis, koran dan media online. Salah satu berita disebuah media merilis pemaparan polisi tentang profil keluarga korban, salah satu sesinya menampilkan foto2 selfie keluarga itu dalam berbagai situasi, mulai ketika didalam rumah, didalam mobil, pas sedang liburan dan foto selfie di berbagai aktifitas lainnya. Polisi mengambil foto2 itu dari akun sosmed si korban, jadi kalau polisi mampu mengakses foto2 dari si korban, artinya semua orang juga mampu mengkasesnya, termasuk mungkin juga adalah penjahat yang melakukan kejahatan terhadap mereka, bisa jadi para penjahat menentukan korbannya dengan melihat foto2 yang beredar di sosial media.
Kesimpulannya selfie dapat menarik orang lain berbuat jahat kepada kita, ketika melihat bagaimana gaya hidup kita , mereka mengetahuinya dari foto2 yang kita upload ke sosial media.
Jadi makin yakin selfie memang berbahaya baik secara syariat ataupun sosial.
±+++++++++++++++++++++++++++++++
Ya Ustadz bagaimana dengan hukum selfie?.
Kesimpulannya selfie dapat menarik orang lain berbuat jahat kepada kita, ketika melihat bagaimana gaya hidup kita , mereka mengetahuinya dari foto2 yang kita upload ke sosial media.
Jadi makin yakin selfie memang berbahaya baik secara syariat ataupun sosial.
±+++++++++++++++++++++++++++++++
Ya Ustadz bagaimana dengan hukum selfie?.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras seseorang ujub terhadap dirinya. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai dosa besar yang membinasakan pelakunya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Tiga dosa pembinasa: sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya. (HR. Thabrani dalam al-Ausath 5452 dan dishaihkan al-Albani)
Di saat yang sama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita untuk menjadi hamba yang berusaha merahasiakan diri kebalikan dari menonjolkan diri. Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ
Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, yang berkecukupan, dan yang tidak menonjolkan diri. (HR. Muslim 7621).
Selfie, jeprat-jepret diri sendiri, sangat tidak sejalan dengan prinsip di atas. Terlebih umumnya orang yang melakukan selfie, tidak lepas dari perasaan ujub. Meskipun tidak semua orang yang selfie itu ujub, namun terkadang perasaan lebih sulit dikendalikan.
Karena itu, sebagai mukmin yang menyadari bahaya ujub, tidak selayaknya semacam ini dilakukan.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.co)
syukron, semoga manfaat
ReplyDelete