Kadang heran lihat perkataan orang dari warung sebelah, "ustadz/ulama kalian bilang begini kenapa kok gak diikuti?, emang udah merasa lebih pintar dari dia?", ketahuan orang ini gak mengenal budaya anti taklid buta ada dalam agama ini, dia gak ngerti bahwa dalam agama ini dilarang taklid buta pada seorang ustadz, kyai, habib, syaikh dst. Dalam urusan ini saya selalu ingat-ingat pesan Ustadz Armen Halim Naro Lc. Rahimahullah, " kita boleh ikut pendapat siapa saja dalam perkara agama, boleh bagi kita mengikuti pendapat ustadz, kyai, tuan guru, buya, syaikh dst., jika selama pendapat mereka diatas jalan syariat Allah dan RasulNya, namun jika pendapat mereka menyelisihi syariat Allah dan RasulNya maka tinggalkan itu menyelamatkan kita dari kesalahan berjamaah ".
Juga ingat ketika Ustadz Abu Haidar As Sundawy membahas ayat At Taubah 31.
Juga ingat ketika Ustadz Abu Haidar As Sundawy membahas ayat At Taubah 31.
Allah ta’alla juga berfirman,
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Kata Ustadz, dalam ayat ini makna menjadikan orang alim dan ulamanya sebagai Tuhan/Rabbnya bukanlah artinya ada seorang manusia menyembah manusia lain yang dianggap ulama, namun maknanya ada seorang mengambil pendapat/syariat seseorang yang dianggap ulama dan meninggalkan syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah. Para ulama itu menciptakan syariat yang tidak ada dasar nya sama sekali, padahal yang berhak menciptakan syariat mutlak hanya Allah. Para ulama itu menjadi Tuhan karena mereka menjadi saingan bagi Allah dalam hal menciptakan syariat.
Ayat At Taubah 31 juga menjelaskan bagaimana kehancuran agama nasrani, sehingga agama nasrani dijaman ini tidak menyisakan sedikitpun keasliannya dari agama yang diajarkan Isa Al Masih karena di dalam nya penuh amalan bid'ah yang dibikin para ulamanya. Persis yang disampaikan Ustadz Abu Thohir, "mereka kaum nasrani penuh amalan bid'ah didalamnya, misal seperti perayaan Natal, ini mutlak bikinan para ulama mereka karena tidak sekalipun disebut didalam injil, tidak pernah diajarkan oleh Isa Al Masih ataupun para sahabat nya. Demikian halnya juga berkumpul di hari Minggu dan berdoa dengan cara bernyanyi-nyanyi mutlak adalah bid'ah, karena tidak satupun ada seruan dalam injil hal demikian, dan tidak pernah diperintahkan Isa Al Masih kepada pengikutnya."
Maka Nasrani adalah contoh kehancuran sebuah agama, sehingga sangat sedikit keasliannya ada dijaman ini, semua karena diawali dari sikap taklid buta para pemeluknya kepada para ulamanya, membiarkan para ulamanya membuat syariat-syariat baru/bid'ah yang menurutnya baik kemudian mereka amalkan, hal demikian jelas mengikis syariat agama yang telah ada padanya.
Waallahua'lam.
Lihat bagaimana para ulama besar menyerukan kepada umat muslim agar menghindari sikap taklid buta kepada ulama.
Ayat At Taubah 31 juga menjelaskan bagaimana kehancuran agama nasrani, sehingga agama nasrani dijaman ini tidak menyisakan sedikitpun keasliannya dari agama yang diajarkan Isa Al Masih karena di dalam nya penuh amalan bid'ah yang dibikin para ulamanya. Persis yang disampaikan Ustadz Abu Thohir, "mereka kaum nasrani penuh amalan bid'ah didalamnya, misal seperti perayaan Natal, ini mutlak bikinan para ulama mereka karena tidak sekalipun disebut didalam injil, tidak pernah diajarkan oleh Isa Al Masih ataupun para sahabat nya. Demikian halnya juga berkumpul di hari Minggu dan berdoa dengan cara bernyanyi-nyanyi mutlak adalah bid'ah, karena tidak satupun ada seruan dalam injil hal demikian, dan tidak pernah diperintahkan Isa Al Masih kepada pengikutnya."
Maka Nasrani adalah contoh kehancuran sebuah agama, sehingga sangat sedikit keasliannya ada dijaman ini, semua karena diawali dari sikap taklid buta para pemeluknya kepada para ulamanya, membiarkan para ulamanya membuat syariat-syariat baru/bid'ah yang menurutnya baik kemudian mereka amalkan, hal demikian jelas mengikis syariat agama yang telah ada padanya.
Waallahua'lam.
Lihat bagaimana para ulama besar menyerukan kepada umat muslim agar menghindari sikap taklid buta kepada ulama.
Imam Abu Hanifah rahimahullah
Beliau mengatakan,
لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه
“Tidak boleh bagi seorangpun berpendapat dengan pendapat kami hingga dia mengetahui dalil bagi pendapat tersebut.”
Diriwayatkan juga bahwa beliau mengatakan,
حرام على من لم يعرف دليلي أن يفتي بكلامي
“Haram bagi seorang berfatwa dengan pendapatku sedang dia tidak mengetahui dalilnya.”
Imam Malik bin Anas rahimahullah
Beliau mengatakan,
إنما أنا بشر أخطئ وأصيب فانظروا في رأيي فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
“Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika tidak sesuai dengan keduanya, maka tinggalkanlah.” (Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlih 2/32).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
Beliau mengatakan,
إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ودعوا ما قلت
“Apabila kalian menemukan pendapat di dalam kitabku yang berseberangan dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah sunnah tersebut dan tinggalkan pendapatku.” (Al-Majmu’ 1/63).
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah
Beliau mengatakan,
لا تقلدني ولا تقلد مالكا ولا الثوري ولا الأوزاعي وخذ من حيث أخذوا
“Janganlah kalian taklid kepadaku, jangan pula bertaklid kepada Malik, ats-Tsauri, al-Auza’i, tapi ikutilah dalil.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/201;Asy-Syamilah,).
Referensi :"Jangan taklid buta saja" karya Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST. Dalam muslim.or.id
No comments:
Post a Comment