Oleh Siswo Kusyudhanto.
Perselisihan sering dimulai dari sikap iri pada seseorang, hal ini membuat sifat iri adalah salah satu sifat yang perlu diwaspadai.
Dalam sebuah kajian Ustadz Zainal Abidin Syamsudin menyebutkan, " Sifat iri biasanya terjadi kepada orang yang selevel dengannya, seperti tukang becak iri kepada tukang becak, dokter iri kepada sesama dokter, bahkan sampai ustadz iri juga kepada sesama ustadz, dan tidak terjadi ada seseorang iri kepada orang lain yang tidak selevel dengannya, misal tidak akan terjadi seorang tukang becak iri kepada dokter. Atau tidak terjadi ada orang naik sepeda iri kepada orang yang naik mobil BMW. Sifat iri yang melekat pada seseorang dapat menjadi pemicu kepada perbuatan dosa lainnya seperti mengghibah atau bahkan sampai memfitnah, dan ini semua mendatang dosa bagi pelakunya. Semoga kita dijauhkan dari sifat iri kepada orang lain, agar kita terhindar dari perbuatan dosa."
Dalam sebuah kajian Ustadz Zainal Abidin Syamsudin menyebutkan, " Sifat iri biasanya terjadi kepada orang yang selevel dengannya, seperti tukang becak iri kepada tukang becak, dokter iri kepada sesama dokter, bahkan sampai ustadz iri juga kepada sesama ustadz, dan tidak terjadi ada seseorang iri kepada orang lain yang tidak selevel dengannya, misal tidak akan terjadi seorang tukang becak iri kepada dokter. Atau tidak terjadi ada orang naik sepeda iri kepada orang yang naik mobil BMW. Sifat iri yang melekat pada seseorang dapat menjadi pemicu kepada perbuatan dosa lainnya seperti mengghibah atau bahkan sampai memfitnah, dan ini semua mendatang dosa bagi pelakunya. Semoga kita dijauhkan dari sifat iri kepada orang lain, agar kita terhindar dari perbuatan dosa."
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32).
Sumber Referensi,"Mengapa Hati ini Masih Iri?", Karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc. Di Rumoysho.co
No comments:
Post a Comment