Oleh Siswo Kusyudhanto
Saya heran lihat ada ustadz yang jamaahnya banyak sekali, kalau ada sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi padanya cepat sekali curhat dan di-posting disosial media, akibatnya terjadi kekisruhan dunia maya. Bahkan ada Ustadz yang cukup terkenal, pendukungnya mengeluarkan statement akan memperkarakan ke polisi siapa saja yang membully ustadz mereka, subhanallah. Yang jadi pertanyaan kemana teori yang disampaikan si ustadz soal bersabar?, Juga soal memaafkan orang lain?, Terutama soal Akhlak dan keyakinan bahwa hal buruk adalah ujian sekaligus bisa jadi azab atas perbuatan dosa, waalahua'lam.
Jadi teringat dulu ketika terjadi pembubaran kajian Ustadz Firanda Adirja di Kota Batu, Malang oleh sebuah ormas, berita ini sangat sedikit orang mengetahuinya, karena berita itu seperti tertutupi oleh pembubaran Kajian Ustadz Khalid Basalamah di Kota Sidoarjo yang terjadi sebelumnya, dan Ustadz Firanda Adirja tidak membuat statement apapun di sosial media soal pembubaran kajiannya.
Beberapa hari kemudian Ustadz Firanda Adirja mengisi kajian di Pekanbaru, ketika beliau memulai kajian saya berharap beliau mau curhat soal pembubaran kajian beliau di Kota Batu, ternyata keinginan saya tidak terjadi, sampai habis waktu kajian tak sekalipun beliau membahas kajiannya di Kota Batu. Salut banget kepada sikap beliau yang sangat sabar, dan tidak lebay, padahal kalau dicatat banyaknya kajian beliau yang di bubarkan di Nusantara ini jumlahnya mungkin sudah ratusan kali terjadi.
Beberapa hari kemudian Ustadz Firanda Adirja mengisi kajian di Pekanbaru, ketika beliau memulai kajian saya berharap beliau mau curhat soal pembubaran kajian beliau di Kota Batu, ternyata keinginan saya tidak terjadi, sampai habis waktu kajian tak sekalipun beliau membahas kajiannya di Kota Batu. Salut banget kepada sikap beliau yang sangat sabar, dan tidak lebay, padahal kalau dicatat banyaknya kajian beliau yang di bubarkan di Nusantara ini jumlahnya mungkin sudah ratusan kali terjadi.
Juga kalau menilik teladan para ulama Ahlu Sunnah, mereka sangat bersabar dalam dakwah, sampai kepada puncaknya yakni para nabi dan Rasul, mereka bersikap sabar dalam mendakwahkan agama ini, karena mereka paling mengetahui bahwa sabar adalah ibadah, tidak ada batasan untuk sabar.
Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " Jika ada orang berkata kasar kepada kita kemudian kita balas dengan perbuatan sama, juga dengan berkata kasar kepadanya. Atau ketika ada orang berbuat kasar kepada kita, dan lalu kita balas juga perbuatan kasar yang sama. Kalau demikian yang terjadi, pertanyaannya lalu apa bedanya dia dengan kita soal akhlak?, Kalau demikian yang terjadi tentu tidak ada bedanya sama sekali antara dia dan kita. Maka buatlah menjadi berbeda, jika ada orang berkata kasar dan berbuat kasar kepada kita, balas perbuatan tersebut dengan sikap yang lebih baik, buktikan bahwa soal akhlak kita lebih baik dari dia."
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.
Sumber Referensi, "Balaslah Keburukan dengan Kebaikan", oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc. Di Rumoysho.co
No comments:
Post a Comment