Oleh Siswo Khusyudhanto
Ada teman yang baru hijrah ke Kajian Sunnah mengeluh, karena sejak ngaji Sunnah hampir semua gaya hidupnya bertentangan dengan dalil sahhih seperti misal dulu dia biasa berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya, dijaman masih jahil dulu hal demikian adalah bentuk sikap ramah dan akrab, namun sejak tau bahwa ada hadist disebut tertusuk kepala kita dengan besi lebih baik dari bersentuhan dengan wanita bukan mahram dia jadi takut kalau bersentuhan dengan wanita. Akhirnya belakangan dia dianggap sombong dan kurang akrab. Saya bilang "Nah itu bagus dong", dia heran," apanya yang bagus?", Lalu saya jawab," artinya antum udah mulai mengamalkan Sunnah yang termuat dalam hadist2, pelan2 insyaallah nanti banyak amalan Sunnah yang akan diamalkan diwaktu mendatang, Aamiin." Saya nasehati agar dia bersabar diatas pemahaman Sunnah, rasa kecewa dan semacamnya adalah proses adaptasi semata, jika sudah terbiasa insyaallah mudah, nasehat juga pada diri saya sendiri.
Memang sudah menjadi akibat ketika kita bertekad mengikuti pemahaman Sunnah, beramal sesuai syariat yang benar, maka akan terjadi hal yang mungkin kurang menyenangkan, maklum budaya dan kebiasaan yang ada didalam masyarakat kita sejatinya sudah jauh dari kaidah agama yang benar dan lurus.
Ustadz Abu Zubair Hawaary menyebutkan bahwa orang-orang yang dianggap asing karena ketaatan kepada Allah Ta'ala dan RasulNya harusnya berbahagia, karena ketika orang disekitarnya suka berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala, justru dia berusaha Istiqomah diatas perintah Allah dan RasulNya.
Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi,
أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalanya. ” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143)
Sumber Referensi, Berbahagia lah orang yang dianggap Asing", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di Rumoysho.co
No comments:
Post a Comment