HIDAYAH ITU MAHAL KAWAN
Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman saya yang baru kenal Dakwah Sunnah bercerita, saat ini dia menyesal ketika keadaan usahanya sedang gak bagus dia justru baru kenal Dakwah Sunnah," kok tidak dari dulu kenal dakwah ini, dulu saat usaha saya sedang bagus saya malah gunakan untuk berfoya-foya, dulu sering duduk di Mal atau Cafe, mendengarkan musik, makan minum dan kongkow dengan kawan-kawan, sekali duduk habis duit hingga ratusan ribu bahkan jutaan. Andai dulu saya kenal dakwah ini mungkin akan saya gunakan kekayaan saya itu untuk menyumbang bagi kegiatan dakwah seperti menyediakan mushaf Alquran, membantu pembangunan masjid, membantu pembangunan pondok pesantren, membantu mendanai sekolah tahfizh dan seterusnya. Sejak mendapat musibah, ditipu orang sampai milyaran rupiah dan orang itu lari, menghilang hingga sekarang tidak ketemu, usaha saya sekarang terpuruk, betapa menyesalnya saya". Saya cuma tersenyum mendengar keluhannya, lalu saya berkata, " Saya malah bersyukur antum dapat musibah, kemudian terpuruk.", teman saya kaget. " loh kok malah nyukurin?'. Lalu saya jelaskan, " ya jelas kalau lihat ceritanya dengan musibah dan keterpurukan usaha antum justru membuat tergerak untuk mendapatkan hidayah, andai Allah tidak menurunkan musibah kepada antum kemudian usaha antum tetap berjaya, apakah ada kemungkinan antum mau duduk di kajian ilmu, apakah ada kemungkinan mau belajar membaca Alquran? apakah mau tergerak menyumbang mushaf dan seterusnya. Saya yakin jika tampa adanya musibah mungkin antum masih asyik duduk di Mal dan Cafe menikmati musik dan menghamburkan uang bersama teman-teman antum, waallahua'lam." Mendengar penjelasan saya teman saya sepertinya paham akan hal ini.
Ustadz Syafiq Reza Basalamah dalam salah satu kajiannya mengatakan, " Kadang Allah Azza Wa Jalla menurunkan musibah kepada manusia yang dipilihNya untuk mengingatkan manusia itu agar kembali ke jalanNya, kadang dari musibah seseorang adalah jalan hidayah baginya. Maka disisi yang lain musibah membawa hikmah bagi yang ditimpanya, karena merupakan jalan kebaikan bagi yang ditimpanya, waallahu'alam."
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِيَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11)
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).
Sumber:" Seberkas cahaya ditengah Gelapnya musibah", oleh Ari Wahyudi di web muslim.or.id