Oleh Siswo Kusyudhanto
Kemarin sore bertemu seorang bapak yang saya kenal, dia bercerita baru kembali dari daerah kampungnya untuh bertakziah ke rumah beberapa orang yang meninggal dunia, dan berusaha menghibur keluarga yang ditinggalkan, totalnya ada 5 orang meninggal dalam seminggu terakhir disebabkan beberapa hal, bapak itu menyampaikan tentang pentingnya mengingat kematian yang datang tidak pernah mengabari datangnya,
Padahal untuk kehidupan mungkin kita sudah berencana akan melakukan ini dan itu, namun ternyata nyawa sudah duluan tercabut, dalam benak saya mungkin orang-orang yang meninggal dunia itu sudah punya rencana diwaktu kedepan, mungkin sudah menyiapkan pendidikan untuk anak cucunya, mungkin sudah berencana merenovasi rumahnya, atau menabung untuk umroh dan haji dan seterusnya, tapi apalah daya rencananya didahului oleh rencana Allah Ta’ala, yakni kembali kepadaNya sebelum rencana itu terwujud.
Andai saja Malaikat Maut sebelum menjemput seseorang dia berkirim surat, atau kirim WA, kirim massanger, atau BBM duluan kepada seseorang yang akan dijemputnya, mungkin orang yang akan dijemput kematian akan persiapkan sebaik mungkin bekal berupa amal ibadah menjelang kepergiannya.
Misal dikabari suatu pagi seseorang oleh Malaikat Maut bahwa sehari berikutnya, yakni esok paginya dia akan dicabut nyawanya, mungkin sehari itu dari pagi dia tidak lepas bibirnya dengan dzikir, mungkin dia segera melunasi semua hutang-hutangnya, mungkin juga sejak pagi itu dia sibuk bersedekah kesana kemari, sedapat mungkin sebanyak-banyaknya bersedekah, kalau perlu menjual isi rumah dan sekalian rumahnya untuk sedekah, sejak pagi menjelang sore mungkin dia akan berdiam diri di dalam masjid dan non stop melakukan semua shalat fardhu dan sisanya melakukan shalat sunnah, membaca Al-Qur'an sebanyak dia mampu dan seterusnya.
Namun sayang malaikat maut tidak mengabarkan kedatangannya, dia datang sewaktu-waktu, dia datang jika sudah waktunya seseorang berpulang apapun keadaan orang itu, malaikat maut selalu mengintai setiap saat tidak mengenal mau umur tua dan muda, si kaya atau si miskin, seorang yang taat atau tukang maksiat dan seterusnya.
Oleh sebab itu seharusnya kematian menjadi pengingat bagi kita untuk selalu Istiqomah diatas ketaatan beramal ibadah, karena dengan selalu Istiqomah setidaknya kita punya persiapan lebih baik daripada sedang bermaksiat, juga setidaknya punya bekal pahala amal ibadah ketika si malaikat maut datang menjemput kita.
Waalahua'lam.
Waalahua'lam.
Imam Bukhari telah meriwayatkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].
Referensi dr "Mengingat Kematian", karya Ustadz Abu Muslim at Atsyari di almanhaj.or id
No comments:
Post a Comment