Oleh Siswo Kusyudhanto
Kadang ada teman bercerita berbagai hal mengenai pengalaman mereka dalam menempuh jalan istiqomah mengikuti pahaman Aqidah Tauhid dan Sunnah yang sahhihah, bikin diri ini ingin terus bersemangat menempuh jalan itu. Bagaimana tidak semangat jika mengetahui ada seorang ikhwan yang dulu melakukan berbagai maksiat, mulai mabuk mabukan, narkoba, zina dan seterusnya kemudian saat ini benar-benar ingin istiqomah dalam amal ibadah dan selalu berharap dalam doanya agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dimasa lalu.
Atau ada seorang akhwat yang dimasa lalu melakukan berbagai maksiat termasuk zina, dan ketika bertaubat dia ingin istiqomah dalam amal ibadah, termasuk istiqomah hijab dan cadarnya. Atau juga ada akhwat yang bercadar dan berhijab syar'i namun terus mengkuatirkan tato yang ada pada dirinya, saksi bisu kemaksiatan yang dilakukan dimasa lalu. Dan banyak lagi cerita seperti ini dari banyak orang.
Jadi teringat perkataan Ustadz dalam sebuah kajian, seseorang yang merasakan betapa nikmat dan lezatnya amal ibadah, adalah orang yang banyak melakukan berbagai maksiat, kemudian pada suatu saat dia mendapatkan hidayah, petunjuk padanya untuk menyusuri jalan kebenaran, jalan yang diridhoi Allah Ta’ala.
Sementara orang-orang yang tidak merasa dirinya berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala padahal mereka melakukan banyak kemaksiatan, maka akan sulit baginya merasakan nikmatnya beramal ibadah, karena bertaubat mencari hidayah Allah Ta’ala bukan kebutuhan bagi mereka.
Seharusnya kita iri kepada orang-orang yang telah bertaubat dan iri akan kenikmatan mereka dalam beramal ibadah.
Waalahua'lam.
Atau ada seorang akhwat yang dimasa lalu melakukan berbagai maksiat termasuk zina, dan ketika bertaubat dia ingin istiqomah dalam amal ibadah, termasuk istiqomah hijab dan cadarnya. Atau juga ada akhwat yang bercadar dan berhijab syar'i namun terus mengkuatirkan tato yang ada pada dirinya, saksi bisu kemaksiatan yang dilakukan dimasa lalu. Dan banyak lagi cerita seperti ini dari banyak orang.
Jadi teringat perkataan Ustadz dalam sebuah kajian, seseorang yang merasakan betapa nikmat dan lezatnya amal ibadah, adalah orang yang banyak melakukan berbagai maksiat, kemudian pada suatu saat dia mendapatkan hidayah, petunjuk padanya untuk menyusuri jalan kebenaran, jalan yang diridhoi Allah Ta’ala.
Sementara orang-orang yang tidak merasa dirinya berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala padahal mereka melakukan banyak kemaksiatan, maka akan sulit baginya merasakan nikmatnya beramal ibadah, karena bertaubat mencari hidayah Allah Ta’ala bukan kebutuhan bagi mereka.
Seharusnya kita iri kepada orang-orang yang telah bertaubat dan iri akan kenikmatan mereka dalam beramal ibadah.
Waalahua'lam.
diriwayatkan dari Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْباً ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذَهِ الآيَةَ (وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا اللهَ فَاسَتَغَفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ.
“Jika seorang hamba berbuat dosa kemudian ia pergi bersuci (berwudhu’), lalu ia shalat (dua raka’at), lalu ia mohon ampun kepada Allah (dari dosa tersebut), niscaya Allah akan ampunkan dosanya”.
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang apabila mengejakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”. [Ali ‘Imran : 135].
[Hadits hasan riwayat At Tirmidzi (no. 406), Ahmad (I/10), Abu Dawud (no. 1521), Ibnu Majah (no. 1395), Abu Dawud Ath Thayalisi (no. 1 dan 2) dan Abu Ya’la (no. 12 dan 15). Lihat Tafsir Ibnu Katsir (I/438), Cet. Darus Salam.
[Hadits hasan riwayat At Tirmidzi (no. 406), Ahmad (I/10), Abu Dawud (no. 1521), Ibnu Majah (no. 1395), Abu Dawud Ath Thayalisi (no. 1 dan 2) dan Abu Ya’la (no. 12 dan 15). Lihat Tafsir Ibnu Katsir (I/438), Cet. Darus Salam.
Sumber: "Segeralah bertaubat kepada Allah Ta’ala!", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id
No comments:
Post a Comment