Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah, perihal sulitnya mendakwahi seorang temannya yang tidak juga beranjak dari kemaksiatan dan sulit diajak untuk taat kepada perintah Allah dan RasulNya.
Ustadz Maududi Abdullah menjawab, "cara berdakwah yang benar sesuai Sunnahnya yakni kenalkan teman antum kepada Allah, sampaikan kebesaran Allah, kenalkan bagaimana kemampuan Allah mengatur alam semesta ini, kenalkan bagaimana manusia bergantung kepada Allah, kenalkan kekuasaan Allah yang tidak terbatas, kenalkan dia bagaimana marahnya Allah dan segala hal mengenai Allah. Karena soal ketaatan dalam sebuah amalan tertentu adalah hanya salah satu cabang dari pokok yang besar bernama iman, puncaknya adalah tauhid. Maka mendakwahi dia sampai kapanpun tampa mengenalkan dia kepada Allah adalah perbuatan sia-sia. Hanya mengenal Allah seseorang akan mendapatkan dirinya beriman dan terjaga dalam ketaatan.
Dan satu lagi catatan penting, dalam berdakwah jangan sekali-kali punya target merubah seseorang, karena bukan tugas kita merubah seseorang, yang menjadi tugas kita adalah menyampaikan dan mengajak saja, sisanya serahkan kepada Allah Ta’ala.
Ketika berdakwah anggap itu adalah perbuatan yang buahnya kita petik kelak di akhirat, dengan demikian kita tidak akan pernah lelah dalam berdakwah, hal demikian juga membuat kita akan ikhlas dalam berdakwah. Mungkin orang yang melihat kita heran, kenapa kok gak pernah capek dalam berdakwah, hal itu kita lakukan karena kita berharap akan memetik hasilnya kelak di akhirat. Waallahua'lam. "
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah perkataan: ‘Laa ilaaha illallaah’, yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan dan malu adalah salah satu cabang Iman.”
(HR. Al-Bukhari (no. 9) dan Muslim (no. 35). Lafazh ini milik Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.)
(HR. Al-Bukhari (no. 9) dan Muslim (no. 35). Lafazh ini milik Muslim dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahwasanya cabang-cabang keimanan lainnya tidak akan sah dan tidak diterima kecuali setelah sahnya cabang yang paling utama ini (tauhid).
Referensi "Keutamaan Dakwah Tauhid", karya Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas di almanhaj.or id.
No comments:
Post a Comment