Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa waktu yang lalu saya ditelpon oleh salah seorang ustadz pengajar kelas bacaan Alquran yang kami adakan disebuah Lembaga Pemasyarakatan beliau menyampaikan perkembangan kelas bacaan kami yang diikuti warga binaan(napi), alhamdulillah mereka mulai mendapat masukan sedkit-sedikit tentang Aqidah Tauhid disela-sela kegiatan belajar membaca Alquran, ustadz menyampaikan tentang cara beragama yang benar sesuai Sunnahnya, dan mereka mulai memahami apa itu Tauhid, apa itu Syirik, apa itu Sunnah dan apa itu bid'ah. apa itu riba dan mana harta halal dan seterusnya. Baru sadar bahwa inilah bukti nyata bahwa menasehati seseorang yang merasa bersalah jauh lebih mudah daripada menasehati orang yang merasa dalam kebenaran.
Sering terjadi ketika menasehati orang-orang diluar Lembaga Pemasyaratan mengenai riba maka mereka akan berdalih, " mencari yang haram saja sudah susah apalagi yang halal mas,", apalagi kalau mengingatkan seseorang yang ngalap berkah ke kuburan-kuburan orng yang dianggap suci mereka berdalih. "ini bukan amalan syirik, ini wasilah(perantara) agar dapat berkah melalui orang ini.", atau yang sering ketika mengingatkan seseorang yang berbuat bid'ah, mereka akan berdalih,"ini khan baik?, ada kegiatan amal ibadah', atau, "ada doa dan dzikir kok disalah-salahkan?".
Sering terjadi ketika menasehati orang-orang diluar Lembaga Pemasyaratan mengenai riba maka mereka akan berdalih, " mencari yang haram saja sudah susah apalagi yang halal mas,", apalagi kalau mengingatkan seseorang yang ngalap berkah ke kuburan-kuburan orng yang dianggap suci mereka berdalih. "ini bukan amalan syirik, ini wasilah(perantara) agar dapat berkah melalui orang ini.", atau yang sering ketika mengingatkan seseorang yang berbuat bid'ah, mereka akan berdalih,"ini khan baik?, ada kegiatan amal ibadah', atau, "ada doa dan dzikir kok disalah-salahkan?".
dalam kajian beberapa waktu yang lalu Ustadz Abdullah Zein MA. ditanya seseorang jamaah, " Ustadz bahaya mana amalan maksiat atau amalan bid'ah?", ustadz menjawab, " keduanya sama-sama bahaya namun yang lebih berbahaya adalah amalan bid'ah, seperti disampaikan salah satu ulama salaf, Iblis lebih mencintai pelaku kebid'han daripada pelaku maksiat , karena jika amalan kemaksiatan pelakunya secara fitrahnya sadar yang dilakukan adalah sebuah kesalahan, sementara jika seseorang melakukan amalan bid’ah dia yakin dalam dirinya melakukan hal yang benar. Dengan demikain potensi untuk taubat lebih besar terjadi kepada pelaku kemaksiatan, sementara pelaku kebid'ahan sulit untuk taubat, apa yang ditaubatkan jika merasa dalam kebenaran?'.
Sufyan ats Tsauri seorang ulama besar salaf dijaman tabi'in menyampaikan hal tersebut dalam sebuah riwayat :
قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22)
قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22)
Allah Ta'ala berfirman :
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا
“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (Qs. Fathir:8)
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا
“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (Qs. Fathir:8)
Referensi aslibumiayu,blogspot
No comments:
Post a Comment