Oleh Siswo Kusyudhanto
Ada teman saya ingatkan kalau bisa jangan dengar kajian ustadz"anu", takutnya kena syubhat(perkara yang semula jelas jadi remang2) nanti susah diluruskan, namun dia berdalih "insyaallah saya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk", subhanaallah, dalam hati prihatin, maklum dia merasa kepedean selamat dari syubhat, padahal kalau kita mau belajar dari kisah ulama-ulama besar terdahulu mereka sangat berhati-hati terhadap syubhat, bahkan menjauhi orang-orang yang diduga berpaham bid'ah dan khawarij. Padahal dari tinjauan ilmu dan keimanan mereka jauh diatas kita, bagaimana dengan kita yang miskin ilmu dan ketaatan yang serba pas-pasan ini?, tentu potensi terkena syubhat jauh lebih besar, maka kalau merasa pede selamat dari syubhat sepertinya keliru besar.
Lalu saya sampaikan kisah seorang teman, dia sudah lama ngaji Sunnah, suatu hari dia dikirimi seseorang buku propaganda syi'ah berjudul "buku putih syi'ah", dia bertanya buku "ini bagusan di baca atau dibuang saja yaa?", saya jawab, "dibakar saja, insyaallah lebih baik", lalu dia berkata, "saya penasaran terhadap isi buku ini, insyaallah saya mampu melindungi diri dari fitnah syi'ah", dia bersikeras untuk membacanya. Dibulan pertama membaca dia mulai terlihat membela pemahaman syi'ah, lama kelamaan dia aktif membaca literatur ulama-ulama syi'ah, dan selang setahun kemudian dia aktif hadir di kajian orang syi'ah di Bandung, subhanaallah.
Semua diawali dari kepercayaan diri yang berlebihan akan selamat terhadap syubhat.
Semua diawali dari kepercayaan diri yang berlebihan akan selamat terhadap syubhat.
Dalam sebuah kajian Ustadz Abu Zubair Hawaary mengatakan, "jika tidak memiliki keahlian berenang jangan pernah bermain-main ditepi laut, jika kemudian terjadi terpeleset kedalam laut maka pasti akan tenggelam. Demikian juga sikap kita terhadap syubhat, jika kita masih memiliki ilmu dan keimanan pas-pasan jangan sekali-kali mendekati perkara yang dekat dengan syubhat, karena itu sangat berbahaya bagi keselamatan aqidah kita, kemungkinan besar kita akan hanyut terbawa syubhat itu. Dan kemudian ketika terkena syubhat tampa disadari kita sudah masuk kedalam kekafiran namun merasa dalam kebenaran, waallahua'lam. "
Di antara fitnah syubhat terbesar adalah kekafiran. Karena sesungguhnya orang-orang kafir itu berada di dalam kesesatan tetapi mereka menyangka berada di atas kebenaran dan kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا {104} أُوْلَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالَهُمْ فَلاَنُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا {105}
Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. [Al Kahfi : 103 – 105]
Sumber referensi "Menjauhi fitnah syahwat dan syubhat", karya Ustadz Muslim Atsary di muslim. Or. Id
No comments:
Post a Comment