Oleh Siswo Kusyudhanto
Dijalan bertemu beberapa wanita yang bercadar pulang dari kajian khusus Muslimah, dalam hati, "masyaAllah, adem lihat wanita-wanita cantik berhijab syar'i dan bercadar", jadi ingat beberapa tahun yang lalu, saat masih jahil kalau bertemu wanita berhijab syar'i dan bercadar selalu berfikir negatif, selalu berprasangka buruk kepada mereka, dalam fikiran saya selalu menanggap wanita bercadar mungkin istri dari tukang bom, atau dirumahnya menyiapkan pengeboman, baru sadar ilmu telah merubah banyak cara berfikir saya. Dahulu mungkin belum sampai ilmu pada saya soal hijab dan cadar sehingga berpendapat seperti itu, dan saat ini ada rasa bersalah telah berprasangka buruk kepada mereka, dan kagum melihat mereka istiqomah dalam cara berpakaian nya.
Dalam kajian kemarin Ustadz Abu Zubair Hawaary ditanya seorang jamaah, "ustadz saya baru hijrah, namun saya belum tau mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, dan mana Halal dan mana Haram, saya takut salah beramal ibadah, apa yang harus saya lakukan ya ustadz?", Ustadz Abu Zubair Hawaary menjawab, "satu-satunya jalan agar tidak salah dalam beramal ibadah, dan juga tidak salah dalam melihat sebuah perkara tidak ada jalan lain selain belajar ilmunya. Karena hanya dengan ilmu seseorang mampu membedakan mana Hidayah dan mana kesesatan, mana Tauhid dan mana syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, dan mana yang Halal serta mana yang Haram. Jalan satu-satunya agar kita tidak tersesat adalah dengan selalu menuntut ilmu, karena itu bekal kita agar kita selamat di dunia dan akhirat, waallahua'lam. "
Dalam kajian kemarin Ustadz Abu Zubair Hawaary ditanya seorang jamaah, "ustadz saya baru hijrah, namun saya belum tau mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, dan mana Halal dan mana Haram, saya takut salah beramal ibadah, apa yang harus saya lakukan ya ustadz?", Ustadz Abu Zubair Hawaary menjawab, "satu-satunya jalan agar tidak salah dalam beramal ibadah, dan juga tidak salah dalam melihat sebuah perkara tidak ada jalan lain selain belajar ilmunya. Karena hanya dengan ilmu seseorang mampu membedakan mana Hidayah dan mana kesesatan, mana Tauhid dan mana syirik, mana Sunnah dan mana Bid'ah, dan mana yang Halal serta mana yang Haram. Jalan satu-satunya agar kita tidak tersesat adalah dengan selalu menuntut ilmu, karena itu bekal kita agar kita selamat di dunia dan akhirat, waallahua'lam. "
Allah Ta’ala berfirman,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Ali ‘Imran: 18]
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ketika menjelaskan tentang pentingnya ilmu syar’i dan kebutuhan manusia terhadapnya,
ان الانسان إِنَّمَا يُمَيّز على غَيره من الْحَيَوَانَات بفضيلة الْعلم وَالْبَيَان وَإِلَّا فَغَيره من الدَّوَابّ وَالسِّبَاع أَكثر أكلا مِنْهُ واقوى بطشا وَأكْثر جماعا واولادا واطول اعمارا وَإِنَّمَا ميز على الدَّوَابّ والحيوانات بِعِلْمِهِ وَبَيَانه فَإِذا عدم الْعلم بقى مَعَه الْقدر الْمُشْتَرك بَينه وَبَين سَائِر الدَّوَابّ وَهِي الحيوانية الْمَحْضَة فَلَا يبْقى فِيهِ فضل عَلَيْهِم بل قد يبْقى شرا مِنْهُم
“Manusia itu dibedakan dari jenis binatang dengan adanya keutamaan ilmu dan bayan (penjelasan). Jika manusia tidak memilki ilmu, maka binatang melata dan binatang buas itu lebih banyak makan, lebih kuat, lebih banyak jima’ (berhubungan seksual), lebih banyak memiliki anak, dan lebih panjang umurnya daripada manusia. Manusia itu dibedakan dari binatang karena ilmu dan bayan yang dimilkinya. Jika keduanya tidak ada, maka yang tersisa adalah adanya sisi persamaan antara manusia dan binatang, yaitu ‘sifat kehewanan’ saja. Dan tidak ada keutamaan manusia atas binatang, bahkan bisa jadi manusia lebih jelek darinya.” [Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/78]
Maksudnya, jika manusia tidak memiliki ilmu terhadap hal-hal yang bermanfaat untuk dunianya dan tempat kembalinya di akhirat, maka seakan-akan binatang itu lebih baik darinya. Hal ini karena selamatnya binatang di akhirat dari apa yang menghancurkannya, sedangkan manusia yang bodoh tidak bisa selamat. Semoga Allah Ta’ala merahmati seorang penyair yang berkata,
فليجتهد رجل فى العلم يطلبه … كيلا يكون شبيه الشاء و البقر
Hendaklah seseorang bersemangat dalam menuntut ilmu,
Agar dia tidak serupa dengan kambing atau lembu
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
لولا العلماء لصار الناس كابهائم
“Kalaulah bukan karena ulama, maka manusia sama dengan binatang.” [Mukhtashar Minhajul Qashidin]
Referensi "Urgensi menuntut ilmu syar'i", oleh Muhammad Saefudin Hakim di muslim. Or. Id
No comments:
Post a Comment