Dalam tahlil kematian ada dzikir dan doa, kenapa dianggap bid'ah?.
Dalam sebuah kajian seseorang jamaah bertanya kepada Ustadz Maududi Abdullah tentang amalan tahlil kematian, "ustadz dalam tahlil kematian khan ada dzikir dan doa, kenapa kok dianggap bid'ah?". Ustadz menjawab, " dzikir dan doa sudah diamalkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, beliau sudah menunjukkan bagaimana mengamalkan amalan ini, dan dalam dzikir dan doa sesuai Sunnah beliau tidak dilakukan secara Berjama'ah dan juga tidak dilakukan dengan suara yang keras, selain itu juga dalam membaca surat Al-Quran tidak diputus dan disambung oleh jama'ah karena seperti ini dapat merusak makna dari ayat. Soal tahlil kematian mari kita kembalikan amalan ini kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan para sahabat untuk melihat apakah amalan ini benar atau menyelisihi Sunnah. Dijaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan para sahabat beliau masih hidup ada banyak orang yang meninggal dunia, bahkan ada ribuan orang meninggal dunia pada saat itu dan disebabkan banyak hal seperti meninggal di medan perang ataupun juga karena sakit, dan beberapa diantaranya adalah anggota keluarga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam, namun tidak sekalipun Nabi atau para sahabat disebut dalam hadist membuat amalan semacam tahlil kematian ini. Menunjukkan amalan ini kuranglah benar, karena mustahil Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam tidak mengetahui sebuah amalan dalam agama ini yang dinilai baik sementara kita lebih tau mana amalan yang baik, mustahil beliau tidak tau akan hal ini sementara kita lebih mengetahuinya. Dan dalam agama ini kita dilarang mendahului Allah dan RasulNya, maka sebaiknya kita menjauhi amalan-amalan yang menyelisihi Sunnah nya, dan sebaik-baik amalan adalah apa yang telah diSunnahkan, waallahua'lam."
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)
Allah Ta’ala memanggil hambanya dengan sifat iman. Penyifatan iman kepada seorang hamba merupakan sifat agung yang apabila seorang muslim merealisasikan keimanan dalam dirinya akan membawa dirinya untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Dalam ayat tersebut Allah melarang mereka dari mendahului Allah dan rasul-Nya dalam setiap keadaan.
Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah berkata,
“ Firman Allah (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) maksudnya wahai orang-orang yang telah meyakini keesaan Allah dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Firman Allah (لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ) maksudnya janganlah kalian mendahului ketentuan Allah dalam urusan peperangan dan agama kalian sebelum Allah dan rasul-Nya menetapkan perkara tersebut, sehingga kalian menetapkan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya…”
Makna ayat ini secara umum yaitu, “ Janganlah memutuskan suatu perkara kecuali Allah dan rasul-Nya, dan janganlah mendahului keputusan Allah dan rasul-Nya.
Imam Ibnu Jarir menjelaskan, “Adapun tentang ayat ( وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ) maksudnya takutlah wahai orang-orang beriman kepada Allah dalam perkataan kalian, jangan mengatakan sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya serta dalam perkara-perkara lainnya. Dan waspadalah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar terhadap apa yang kalian ucapkan, dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian inginkan ketika kalian berbicarara. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari seluruh urusan kalian dan orang-orang selain kalian”
Sumber referensi " Larangan mendahului Allah dan RasulNya", oleh DR.Andika Minaoki di muslim.or.id.co
By Siswo Kusyudhanto untuk fans page Sunnah Diaries
No comments:
Post a Comment