Oleh Siswo Khusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, jangan sekali-kali merasa sudah selamat ketika sudah "ngaji", karena jebakan iblis itu mengikuti perilaku korbannya, jika orang awam dijebak dengan dengan perbuatan maksiat, bid'ah dan syirik, maka untuk orang-orang yang sudah "ngaji", orang yang punya ilmu tentang bahaya maksiat, Bid'ah dan Syirik tentu iblis menggunakan jebakan selain itu, jebakan bagi orang-orang yang berilmu adalah ujub(sombong) dan riya'(ingin dipuji oleh orang lain atas amal ibadahnya).
Maka berhati-hatilah bagi yang sudah "ngaji", jangan sekali-kali merasa sudah selamat, jelas ini jebakan iblis, itu kenapa disyariatkan dalam shalat fardhu dan Sunnah untuk selalu memohon petunjuk dari Allah Ta'ala agar setiap saat ditunjukkan jalan yang lurus, disebut dalam. Surat Alfatihah ayat 6-7.
Waalahua'lam.
Maka berhati-hatilah bagi yang sudah "ngaji", jangan sekali-kali merasa sudah selamat, jelas ini jebakan iblis, itu kenapa disyariatkan dalam shalat fardhu dan Sunnah untuk selalu memohon petunjuk dari Allah Ta'ala agar setiap saat ditunjukkan jalan yang lurus, disebut dalam. Surat Alfatihah ayat 6-7.
Waalahua'lam.
Dalam surat Al Fatihah yang kita baca setiap shalat, terkandung permohonan doa kepada Allah Ta’ala agar kita senantiasa diberi hidayah di atas shiratal mustaqim, yaitu tatkala kita membaca firman Allah :
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “ (Al Fatihah:6-7).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mejelaskan : “Shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya” (Taisirul Kariimir Rahman).
Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan, “ Yang dimaksud dengan shirat (jalan) di sini adalah Islam, Al Qur’an, dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Sedangkan al mustaqim maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang yang melaluinya” (Duruus min Al Qur’an 54)
Sumber Referensi,"Shiratal Mustaqim petunjuk jalan yang lurus", karya Dr. Adika Minaoki di web Muslim.or.id
No comments:
Post a Comment