Oleh Siswo Khusyudhanto
Disebutkan dalam sebuah artikel bahwa penyimpangan dalam agama banyak terjadi disebabkan sikap yang mendahului dalil sahhihah dari Al-Qur'an dan Hadist.
Dalam kitab Al Ithisam, Imam Syathibi menyebutkan ciri yang membedakan antara Ahlu Sunnah dan Ahlul Bid'ah. Beliau menyebutkan Ahlu Sunnah adalah mereka yang berjalan dibelakang dalil Sahhih dari Al-Qur'an dan Hadist, mereka berjalan kemana saja dalil Sahhih itu mengarah. Artinya Ahlu Sunnah adalah orang-orang yang mempelajari Al-Qur'an dan Hadist kemudian mereka beramal mengikuti apa yang tertuang didalam keduanya.
Sebaliknya Ahlul Bid'ah adalah mereka yang berjalan didepan dalil sahhihah dari Al-Qur'an dan Hadist, mereka beramal dengan amalan-amalannya yang dinilai baik sesuai syahwatnya kemudian mereka melakukan pembenaran atas amalannya itu dengan menggunakan dalil Sahhih dari Al-Qur'an.
Sebaliknya Ahlul Bid'ah adalah mereka yang berjalan didepan dalil sahhihah dari Al-Qur'an dan Hadist, mereka beramal dengan amalan-amalannya yang dinilai baik sesuai syahwatnya kemudian mereka melakukan pembenaran atas amalannya itu dengan menggunakan dalil Sahhih dari Al-Qur'an.
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, kaidahnya yang benar seorang hamba adalah mengikuti tuannya, kemana saja perintah dan aturan yang dibuat tuannya akan ditaati sebaik mungkin. Demikian sikap Ahlu Sunnah sejati, mereka mengikuti seruan dari Allah Ta'ala dan RasulNya, dan meninggalkan larangan Allah Ta'ala dan RasulNya, karena dia dalam posisi hamba Allah dan pengikut Rasullullah.
Sementara pelaku kebid'ahan mereka beramal dahulu sesuai keinginannya kemudian melakukan pembenaran dari dalil Sahhih yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadist. Dalam keadaan demikian menjadi situasi yang membingungkan, karena yang terjadi seorang hamba melakukan pemaksaan kepada Tuannya untuk membenarkan amalannya, yakni memaksa Allah Ta'ala dan RasulNya membenarkan amalan2 Bid'ah nya.
Waalahua'lam.
Sementara pelaku kebid'ahan mereka beramal dahulu sesuai keinginannya kemudian melakukan pembenaran dari dalil Sahhih yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadist. Dalam keadaan demikian menjadi situasi yang membingungkan, karena yang terjadi seorang hamba melakukan pemaksaan kepada Tuannya untuk membenarkan amalannya, yakni memaksa Allah Ta'ala dan RasulNya membenarkan amalan2 Bid'ah nya.
Waalahua'lam.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman yang berlaku sebagai hamba Allah Ta'ala dan RasulNya, yakni mengikuti kemana saja dalil Sahhih dari Al-Qur'an dan hadist mengarah, bukan mendahuluinya, aamiin.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat:1)
Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah berkata,
“ Firman Allah (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) maksudnya wahai orang-orang yang telah meyakini keesaan Allah dan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Firman Allah (لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ) maksudnya janganlah kalian mendahului ketentuan Allah dalam urusan peperangan dan agama kalian sebelum Allah dan rasul-Nya menetapkan perkara tersebut, sehingga kalian menetapkan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya…”
Makna ayat ini secara umum yaitu, “ Janganlah memutuskan suatu perkara kecuali Allah dan rasul-Nya, dan janganlah mendahului keputusan Allah dan rasul-Nya.
Imam Ibnu Jarir menjelaskan, “Adapun tentang ayat ( وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ) maksudnya takutlah wahai orang-orang beriman kepada Allah dalam perkataan kalian, jangan mengatakan sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasul-Nya serta dalam perkara-perkara lainnya. Dan waspadalah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar terhadap apa yang kalian ucapkan, dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian inginkan ketika kalian berbicarara. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari seluruh urusan kalian dan orang-orang selain kalian”
Sumber Referensi, "Larangan Mendahului Allah dan RasulNya", karya Ustadz Dr. Andika Minaoki di Muslim.or.id
No comments:
Post a Comment